Minggu, 17 Juli 2016

KENAPA SAYA TAK KUNJUNG KAYA?




“SAYA BERPIKIR… KAYA, NAMUN SAYA TAK KUNJUNG KAYA!”

Jika Anda sudah membaca buku Think and Grow Rich dan beroleh pemahaman intelektual bahwa kita “menjadi apa yang kita pikirkan”. Kita mempunyai serangkaian afirmasi tentang kekayaan dan kita terus mengucapkannya setiap hari.

Tetapi kita masih tetap miskin. Kekayaan seolah-olah tak ada di dunia ini. Apa yang harus dilakukan? Menurut Napoleon Hill, kita harus bergulat dengan kekayaan. Baiklah, inilah yang harus dilakukan: kalau kita tidak “Sadar Kaya”, maka seluruh pemikiran ini, dan seluruh afirmasi itu, tidak memberi kita kekayaan. Berpikir dan mengafirmasi hanyalah tindakan yang kita lakukan. Namun, itu sekedar BAGIAN dari rangkaian penciptaan kekayaan. Apabila kita melompati langkah PERTAMA, kita tidak akan beranjak kemana-mana.

Lalu, apa langkah pertama yang harus ditempuh?
Menjadi.
Untuk meraup kekayaan, pertama-tama Anda harus MENJADI kaya. KEMUDIAN, Anda harus memikirkan kekayaan, berbicara tentang afirmasi kekayaan, dan bersikap kaya.
“Tapi bagaimana saya bisa MENJADI kaya kalau saya TIDAK kaya?” tanya salah seorang di antara kita. Pertanyaan logis. Namun, pertanyaan ini berdasarkan anggapan yang keliru bahwa kita tidak mempunyai kekayaan. Sebenarnya kita MEMILIKI kekayaan. Hanya saja kita tidak menyadarinya. Kita mengembangkan realitas fisik yang mencegah kita menjadi kaya. Ini semua bisa dijelaskan dengan memakai teori Fisika Kuantum. Itu sebabnya, mari kita periksa konsep-konsep dasar Fisika Kuantum yang selanjutnya dapat menerangkan apa yang saya katakan.

Mula-mula Anda barangkali sebenarnya menyadari, setidaknya dalam asas intelektual, bahwa di satu ranah sub atomik, kita, dan segala hal di alam semesta ini, adalah energi. Kita, saat mengurai segala sesuatu, dihadapkan pada kenyataan bahwa kita semua terbuat dari bahan yang sama, dan kita semua saling berhubungan. Alam semesta sebenarnya adalah samudera luas Energi, yang bergetar dengan beragam frekuensi yang selanjutnya memberikan ilusi proses individualisasi. Itu berarti kita mengalami ilusi keterpisahan, sebagai obyek fisik, dan kekayaan akibat “indra” kita memecahkan kode Energi yang berada di sekitar kita dengan cara tertentu seakan tengah menciptakan realitas fisik kita.

Ini semua terjadi di dalam pikiran.
Karena itu, segala sesuatu berada di sini dalam jalinan waktu (ilusi yang lain), “Segala sesuatu” hanya bisa eksis karena kita mengawasinya. Dalam pengawasan kita inilah segala sesuatu mewujudkan diri. Tanpa pengawasan kita, segala sesuatu hanyalah berupa “gelombang”: kemungkinan. Para ahli fisika menyepakati hal ini.

Keyakinan kita merupakan sistem Energi yang sangat besar dalam hidup kita. Keyakinan kita menjadikan kita mengalami atau tidak mengalami sesuatu dalam kehidupan, termasuk kesejahteraan. Keyakinan itu yang membentuk diri kita. Kita “MENJADI” di dunia ini sesuai dengan keyakinan kita. Seandainya wujud kita adalah “seseorang yang mencoba meraih kekayaan dengan mengulang-ngulang afirmasi”, maka ITULAH realitas kita. Kita hanya harus MENCOBA mendapatkan kekayaan.

Kita harus membuat keputusan bahwa kita ADALAH kekayaan itu sendiri, kontras dengan beragam bukti fisik eksternal. Bukti itu hanyalah ilusi yang berasaskan sistem keyakinan yang menuntun kita pada titik tersebut.

Orang disebut kaya bukan karena memiliki uang. Yang sebenarnya, mereka memiliki uang karena mereka kaya! Inilah satu hal yang sering dilupakan banyak orang! Ada sebuah contoh yang dapat menjelaskan hal itu.

Tony Robbin menjadi jutawan pada usia yang masih sangat muda. Lantas, sehabis melewati serangkaian perjalanan, dia kehilangan seluruh kekayaannya. Namun, hanya dalam waktu satu tahun dia kembali kaya. Bagaimana dia dapat melakukan hal ini? Itu karena dia TIDAK KEHILANGAN KEKAYAAN. Dia sekedar kehilangan uang, yang hanyalah simbol kekayaan! Karena dia “Sadar Kaya”, dia “menarik” kekayaan ke dalam hidupnya. Dia benar-benar tidak dapat menolaknya! Itulah dirinya! Dan di dunia ini ada seribu orang seperti dirinya yang mampu menarik kekayaan semata karena begitulah diri mereka. Anda dapat membuat keputusan yang sama dan beroleh hasil yang sama.

Sebaliknya, orang-orang yang di dalam diri mereka tumbuh “kesadaran yang kurang” dapat memenangi hadiah lotre dengan nilai jutaan dan menghabiskannya dalam waktu satu tahun. Kesadaran mereka – ENERGI mereka – tidak dapat terus menarik Kekayaan karena mereka pada dasarnya bukanlah figur “kaya”. Namun, sekali lagi, kekayaan adalah yang pertama-tama perlu dilakukan ialah menyadari keberlimpahan kekayaan itu di tiap tempat. Faktanya, kekayaan ada di semua tempat. Kemiskinan dan ketidakmapanan adalah ilusi. Kita dapat mengubah kesadaran kita menuju Kaya – MENJADI KAYA – cukup dengan cara membuat keputusan. LALU, pikiran, omongan, dan tindakan kita akan membuat kita dapat merasakan kekayaan yang merupakan milik kita!

Namun ini adalah hal rumit yang bertentangan dengan sistem kepercayaan kita. Tetapi, sistem kepercayaan itulah sebenarnya yang membuat seseorang terus dibelit kemiskinan.

Cermati kondisi keuangan kita sekarang ini. Periksa keyakinana kita berkaitan dengan Kekayaan dan diri kita, dan lihatlah jangan-jangan kehidupan bukanlah putusan SEMPURNA dari keyakinan kita. Kemudian periksalah dari mana keyakinan itu berasal. Takala kita menyadari bahwa keyakinan kitalah yang menciptakan kondisi kita saat ini, bukan hal lain, maka kita mempunyai pilihan untuk benar-benar mengalami realitas kaya yang diidam-idamkan selama ini!

(Sumber: “I’m Thinking… and Not Growing Rich”, Bob Doyle)





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan