Sabtu, 16 Juli 2016

5 LANGKAH MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL




Alkisah...

Ada seorang laki-laki yang bekerja jauh di luar kota. Saking jauhnya, baru sebulan kemudian ia berkesempatan menelpon ke rumah untuk mengabari istrinya. Yang menjawab telponnya adalah seorang pembantu.

Dengan heran ia bertanya,

“Sudah berapa lama kamu kerja di situ?”

“Baru satu hari”, jawab pembantu itu.

“Terus”, lelaki itu bertanya lagi, “…di mana istri saya?”

“Oh, istri Bapak ada di kamar atas bersama lelaki lain”, jawab pembantu lagi.

“Apa? Dengan lelaki lain? Kurang ajar…! Begini, tolong kamu bantu saya beri pelajaran pada lelaki itu. Kamu cari pemukul bisbol atau tongkat apapun. Naik ke atas, dan pukul keras-keras kepala lelaki jahanam itu. Jangan tutup telpon ini, saya mau tunggu laporanmu!” Si laki-laki berteriak.

Karena takut, pembantu itupun menjawab, “Baik, Tuan!”

Setelah menunggu beberapa saat, kembalilah pembantu itu dengan tergesa-gesa, “Sudah saya lakukan Tuan, tapi nyonya Julia jadi marah besar!”

Laki-laki lalu menjawab dengan heran, “Nyonya Julia? Bukankah ini nomor telpon 765.4321?”

Dengan lemas pembantu itu menjawab, “Bukan Tuan, ini rumah yang nomor telponnya 765.3210.”

Langsung saja laki-laki ini menutup telponnya!

Silakan Anda pikirkan kemungkinan kelanjutan dari kisah tersebut…



Bagaimana Cara Mengembangkan Kecerdasan Emosional?

Menurut Michael E. Rock, Ed.D. (pelatih dan fasilitator EQ), di hampir setiap jenis pekerjaan, EQ mengalahkan IQ. EQ lebih banyak dicari dan diutamakan. Berbeda dengan kemampuan IQ yang kita gunakan saat memecahkan masalah, EQ harus ditunjukkan nyaris dalam setiap saat kehidupan. Cara kita merasa, seperti cerita lucu di atas, terbukti banyak mempengaruhi cara kita berpikir. Sebaliknya, cara kita berpikir, mempengaruhi sikap dan tindakan kita.


Michael E. Rock menyusun formula sebagai berikut:

EQ Tinggi = Berpikir Jernih + Emosi Sehat + Tindakan Pantas


Untuk mengembangkan kemampuan EQ, mulailah dengan berlatih 3 hal:
  1. Kejernihan atau obyektivitas dalam berpikir;
  2. Menjaga kesehatan emosi; dan
  3. Memilih tindakan yang pantas untuk setiap situasi.


Tips Mengembangkan Emosional

Langkah Pertama:
Mulailah dengan berpikir positif, terhadap diri sendiri dan orang lain.
Sudah terbukti berulang kali bahwa pikiran negatif senantiasa menciptakan emosi negatif. Dan dalam jangka panjang, perasaan itu menciptakan tindakan negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain. Terbukti, rata-rata orang yang mencoba bunuh diri memiliki perasaan yang sangat negatif terhadap dirinya.
Orang yang berpikiran negatif terhadap orang lain sering kali dirundung was-was, curiga, sulit percaya, paranoia, dan mudah stres.
Orang yang selalu pesimistis dan melihat sesuatu dari sisi negatif biasanya selalu diliputi kecemasan.

Langkah kedua:
Mulailah belajar untuk mengekspresikan perasaan.
Bedakan antara mengekspresikan pikiran dengan perasaan. Banyak kekeliruan terjadi, misalnya pada ungkapan perasaan, “Saya merasa seperti…” atau “Saya merasa bahwa masalah ini…”, yang seperti itu sebenarnya adalah Anda sedang mengekspresikan pikiran. Ekspresi emosi yang tepat adalah seperti: “Saya khawatir mengenai…”, “Saya takut akan…”, “Saya betul-betul marah dengan…”.

Langkah Ketiga:
Mulailah dengan memikirkan dampak dari kata-kata Anda terhadap perasaan orang lain.
Sebuah pepatah kuno India mengatakan, “Katakan apa yang Anda rasakan, dan rasakan apa yang Anda katakan.” Selain belajar mengungkapkan perasaan Anda secara tepat, jujur dan tegas (asertif), Anda juga perlu belajar untuk memikirkan dampak dari kata-kata yang Anda ucapkan terhadap perasaan orang lain.

Langkah Keempat:
Mulailah menggali unmet emotional need pada setiap orang yang mempunyai masalah emosi.
Unmet emotional need adalah kebutuhan dasar emosi yang melandasi munculnya perasaan tidak menyenangkan.
Sebagai contoh, seorang manajer menolak untuk mengubah sistem kerja yang berlaku. Ia marah karena merasa tidak dilibatkan dalam perubahan sistem kerja yang baru itu. Atau seorang salesman yang bekerja tanpa motivasi, karena merasa hasil kerjanya tidak pernah dihargai. Seringkali, emosi yang tampak bukanlah emosi yang otentik. Jika digali, biasanya akan ditemukan kebutuhan emosi tertentu yang membuat seseorang bereaksi atau bersikap negatif pada Anda. Cobalah peka dengan kebutuhan emosi mendasar orang lain.

Langkah kelima:
Mulailah untuk belajar mengelola emosi negatif yang Anda rasakan.
Caranya, berlatihlah untuk menerapkan langkah pengelolaan emosi berikut ini:
·       Indentifikasilah perasaan Anda yang sesungguhnya.
·       Carilah akar penyebab perasaan negatif tersebut.
·       Tanyalah berulang-ulang, apa yang bisa membuat Anda merasa lebih baik.
·       Buatlah alternatif solusi bagi perasaan negatif Anda.
·       Pilihlah alternatif solusi yang terbaik

Sampai di sini kita melihat, masih banyak orang yang berpikir bahwa emosi adalah sesuatu yang kacau, tak terkontrol dan sulit diduga. Bukankah seringkali kita mendengar orang berkata, “Mari kita diskusikan hal ini secara rasional, lupakan perasaan-perasaan kita?”
Pengalaman menunjukkan dan membuktikan, emosi yang dikontrol secara baik dapat meningkatkan antusiasme, kepuasan, saling percaya dan komitmen, yang pada gilirannya berdampak besar terhadap kualitas kehidupan kita.
Sebaliknya, emosi yang tidak terkontrol sering berdampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik kita.
Tak heran jika Bahasa Inggris mempunyai ungkapan tepat:

ANGER (kemarahan) hanyalah selisih satu huruf dengan kata DANGER (bahaya).”






Untuk informasi lebih lanjut hubungi:


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan