Rabu, 29 April 2015

PEMIMPIN YANG EFEKTIF




"Keberanian itu adalah berani berdiri dan berbicara. Keberanian juga berani untuk duduk dan mendengarkan." Demikian kutipan mantan Presiden Amerika Serikat, Winston Churchill.  
Butuh keberanian sebagai pegawai untuk memberikan usulan kepada pimpinan perusahaan yang terkenal lincah dan menakutkan.
Demikian juga Anda membutuhkan keberanian untuk mendengarkan dan memberikan persetujuan terhadap sesuatu hal yang mungkin asing bagi Anda.
Sementara sebagai pemimpin, keberanian merupakan sebuah atribut yang penting. Ini terkait bagaimana menghadapi dan mengatasi rasa takut.

Berikut delapan cara bagi eksekutif muda, pemilik bisnis, dan pengusaha, untuk menjadi pimpinan yang berani:  
1.Ikuti kata hati Anda ketika semua orang mengatakan Anda gila
Sebagai contoh pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin yang bertahun-tahun berusaha untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain untuk mendengarkan ide mereka.

Mereka tidak pernah menyerah dan melakukan itu sepanjang waktu.  
2. Siap Mengambil risiko dengan kerugian besar dan ketiadaan pengaman lain
Setiap pemilik usaha kecil tahu persis apa rasanya. Hal ini menakutkan dan membuat tidur tidak nyenyak.

Kadang-kadang penyeimbangnya adalah kekuatan, kemauan dan kekuatan dan keberanian Anda.  
3. Sampaikan kabar buruk
Salah satu hal yang paling sulit dilakukan manajer atau pemilik bisnis adalah memberitahu karyawan, pelanggan, atau investor apa yang mereka tidak mau mendengar secara langsung.  
4. Hadapi kritikan bagi Anda dan mendengarkan secara terbuka apa yang dikatakan
Anda dapat melakukannya hanya jika keberanian dan kerendahan hati lebih besar daripada ego dan keangkuhan.  
5. Lakukan apa yang Anda yakini meski hal itu menyakitkan bagi Anda.
6. Ambil lebih besar, meski dana tersebut berasal dari pesaing
Di seluruh dunia, ribuan pengusaha dan pemilik usaha kecil melakukan hal ini setiap hari.  
7. Lihatlah di cermin dan hadapi apa yang Anda lihat
Begitu banyak dari kita hidup dalam penyangkalan karena kita takut untuk melihat diri kita sendiri untuk apa kita sebenarnya.
8. Tantangan zona kenyamanan Anda dan menghadapi rasa takut Anda.
Dari mana keberanian berasal? Anda memang tidak terlahir dengan itu. Anda mengembangkannya melalui pengalaman.
Setiap kali Anda menghadapi rasa takut, Anda membangun rasa percaya diri dan keberanian. Tidak peduli hasilnya, tidak pernah seburuk keluarnya rasa takut Anda.setiap kali Anda menyerah pada rasa takut maka ketakutan akan semakin kuat. Cepat atau  lambat, Anda hanya kehabisan kesempatan untuk menghadapi rasa takut Anda dan pada akhirnya menyesal.
Potensi untuk mengatasi rasa takut dan membangun keberanian, kedua-duanya memilikin posisi sama daam diri Anda. Pada akhirnya, apa yang Anda lakukan dengan itu sepenuhnya terserah Anda. (Sumber: inc.com)

Baca: CARA MEMBANGUN TIM YANG EFEKTIF






Untuk informasi lebih lanjut hubungi:


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Minggu, 26 April 2015

MENSYUKURI KEKAYAAN




Menjadi kaya adalah dambaan setiap orang. Namun demikian tak jarang kekayaan yang didapatkan dengan susah payah itu justru membuat orang kehilangan damai sejahtera. Banyak orang merasa cemas dan dibelenggu ketakutan oleh karena kekayaannya itu...

Dulu saat saya mengendarai sepeda motor, rasanya berhenti di lampu merah tenang saja. Namun sekarang saat memiliki mobil rasanya selalu was-was, apalagi jika kita mengendarai mobil mewah. Rasa takut terjadi apa-apa dengan mobil kita membuat kita kehilangan damai sejahtera. Untuk mengatasi hal ini beberapa orang bahkan memasang alarm yang bisa berbunyi jika ada mobil lain yang berada dalam jarak terlalu dekat dengan mobilnya.

Kadangkala semakin banyak uang atau harta yang kita miliki, semakin takut juga kita akan kehilangan semuanya itu. Semakin tinggi posisi, jabatan, atau karir kita saat ini, semakin takut juga kita kehilangan posisi tersebut. Jasi, semakin melimpahnya harta atau kedudukan kita, itu tidak menjamin kita mendapatkan damai sejahtera, bahkan seringkali justru sebaliknya. Kita terikat dengan harta dan kekuasaan, sehingga selalu saja merasa takut dan cemas akan kehilangan semua yang kita miliki itu.

Bukankah sebenarnya uang, materi, dan segala kelimpahan tersebut berkat Tuhan yang perlu kita syukuri dan nikmati? Bukanlah hal yang aneh, sekaligus hal yang ironis jika berkat-berkat itu justru menimbulkan rasa cemas yang berlebihan karena takut kehilangan? menyadari hal ini, marilah kita melakukan intropeksi diri, sejauh apa uang, kedudukan, materi dan segala hal tersebut telah mengikat hidup kita? Itu sebabnya, sebelum menerima kekayaan secara materi atau duniawi, kita harusnya memiliki kekeyaan dalam hati terlebih dahulu. Dengan demikian, sebesar apapun Tuhan memberkati dan memberi kelimpahan, kita tidak terikat dengan hal-hal tersebut. Kita tidak perlu merasa takut atau cemas jiak semua yang kita miliki itu hilang, sebaliknya hidup kita akan dikuasai dengan damai sejahtera...

Kekayaan seharusnya kita syukuri, bukan membuat kita jadi cemas dan takut!

Baca: KENAPA HARUS BERSYUKUR?





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Sabtu, 25 April 2015

VISI MASA DEPAN




Alkisah…

Seorang kepala suku yang tinggal di suatu kaki gunung hampir meninggal. 

Kepala suku itu memanggil tiga orang anaknya dan berkata:
“Saya hampir mati dan salah seorang di antara kalian akan menggantikan saya sebagai kepala suku. Saya menghendaki agar masing-masing kamu mendaki gunung suci kita dan membawa dari sana sesuatu yang sangat indah. Yang membawa hadiah paling indah, dia itulah yang cocok untuk menggantikan saya.”

Beberapa hari kemudian ketiga anaknya itu kembali dari gunung suci.

Anak yang pertama membawakan ayahnya sekuntum bunga yang tumbuh dekat puncak gunung dan luar biasa indahnya.

Anak yang kedua membawakan untuk ayahnya sebuah batu yang berwarna-warni, mengkilat dan bundar, yang telah dikikis oleh hujan dan angin.

Anak yang ketiga pulang dengan tangan kosong.

Anak itu mengatakan, “Ayah, saya tidak dapat membawa apa pun pulang dari gunung suci. Tetapi ketika saya berdiri di atas puncak gunung suci itu, saya melihat di kejauhan sana sebuah tanah yang indah penuh dengan padang rumput yang hijau dan sebuah danau kristal di dekatnya. Saya mempunyai visi - impian masa depan, ke mana nanti suku kita memperoleh hidup yang lebih baik. Saya sungguh dikuasai oleh apa yang saya lihat dan oleh apa yang saya pikirkan, sehingga saya pulang tidak membawa apa-apa.”


Ayahnya menjawab, “Kamu yang akan menjadi pemimpin baru dari suku kita, sebab kamu telah membawa pulang sesuatu yang sangat berharga, yakni karunia visi bagi suatu masa depan yang lebih baik dan cerah.”







Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w

Kamis, 23 April 2015

BAGAIMANA CARA PANDANG ANDA?




“Bukan beratnya pekerjaan yang membuat seseorang menjadi lelah, tapi pikirannyalah yang mengatakan bahwa ia harus bekerja.”
(Albert Brie)

Ada orang yang mengadakan riset tentang tiket dan uang. Jika Anda memiliki uang Rp 500.000, lalu berencana pergi menonton ke bioskop, tapi di jalan uang Anda terjatuh Rp 50.000, sehingga sisa uang Anda Rp 450.000, apakah Anda akan tetap menonton? 95% mengatakan mereka akan tetep menonton.
Sebaliknya, jika telah membeli tiket seharga Rp 50.000,- dan di saku Anda masih ada Rp 450.000, tapi saat menunggu, tiket itu hilang, apakah Anda akan membeli tiket lagi untuk menonton? Ternyata 50% lebih orang akan membatalkan rencananya.
Padahal dalam kedua hal itu yang hilang jumlahnya sama, yaitu Rp 50.000,-
Hal itu terjadi karena mereka mempunyai cara pandang yang berbeda. Yang satu berpikir, “Hilang Rp 50.000 tak apalah yang penting saya masih bisa menonton.” Tapi orang yang satunya menilai bahwa ia akan sangat rugi bila harus membeli tiket lagi.
Ternyata, apa yang kita perbuat tergantung dari bagaiamana kita melihat kondisi yang ada.

Cara pandang akan mempengaruhi kinerja kita. Bila kita memandang tahun ini akan sama saja dengan tahun kemarin, selalu dikejar deadline, maka itulah yang akan terjadi. Sebaliknya, bila kita menilai tahun ini akan berbeda, segalanya akan berjalan lebih baik dan lebih luar biasa, bahkan akan ada banyak kejutan yang Tuhan berikan.

Ketahuilah, apa yang akan kita peroleh atau tidak, ini hanya sebatas cara pikir kita. Jadi, pastikan pola pikir kita sesuai dengan hal yang benar, yang positif, itu akan memastikan kita untuk senantiasa memikirkan tentang iman, pengharapan, kasih kepada sesama. Bila kita sudah memikirkan semuanya itu, maka kita akan menerimanya.


Baca: POLA PIKIR POSITIF





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Minggu, 19 April 2015

TOP 10 SOFT SKILLS




Dalam bekerja, berbisnis, atau jabatan dan profesi apapun, selain hard skill (keterampilan teknis), juga sangat dibutuhkan soft skill (keterampilan nonteknis). Namun sayangnya, dunia pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan pada pengembangan hard skill nyaPadahal, yang terjadi di dunia kerja justru sebaliknya. Hasil penelitian di Harvard School of Business menyimpulkan bahwa hard skill yang akan terpakai hanyalah sekitar 20% saja, sisanya yang dibutuhkan adalah soft skill.
Soft skill sangat dibutuhkan untuk melengkapi kompentensi dalam dunia kerja atau profesi apapun. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, setidaknya ada 10 soft skills yang paling dibutuhkan oleh profesi apapun.

Berikut adalah 10 soft skills yang dimaksud:

1. Etos bekerja keras
Seseorang yang hanya memiliki hard skill saja tidak cukup untuk membuatnya berhasil dalam pekerjaan atau profesinya. Dibutuhkan keterampilan nonteknis berupa etos bekerja keras agar seseorang dapat mengerjakan tugas dan kewajiban serta tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Dengan etos kerja yang baik, seseorang akan punya keinginan untuk menapaki jenjang karir dan merajut masa depannya yang cemerlangTidak bermalas-malasan dan mangkir dari pekerjaan, serta menyibukkan diri dan fokus untuk menorehkan prestasi.

2. Dapat diandalkan
Kemampuan seseorang dalam mengenal dan mengelola emosinya dengan baik adalah dasar untuk mengenal emosi orang lain. Dengan mengenal emosi orang lain, maka seseorang dapat bekerja dengan baik sehingga mampu memotivasi diri dan dapat diandalkan untuk menyelesaikan dan mengatasi banyak masalah dalam berbagai kondisi, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan kesehariannya.

3. Sikap mental positif
Tanpa memiliki sikap mental positif, dan selalu curiga terhadap orang-orang di sekitar, ini menunjukkan bahwa seseorang belum mampu menyelesaikan masalah dengan dirinya sendiri. Membangun mental positif akan menentukan cara seseorang bersikap dan menyikapi orang lain atau pada kondisi yang berbeda.

4. Motivasi diri
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi terbaik adalah apa yang muncul dari dalam diri seseorang. Dengan motivasi diri yang kuat maka akan mendorong seseorang untuk melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan sebagai upaya meraih hasil terbaik.

5. Berorientasi pada tim
Menonjolkan kemampuan diri sendiri secara berlebihan, dan berusaha mengerjakan segala sesuatu sendiri bukanlah keputusan yang baik, karena setiap orang punya keterbatasan. Bagaimanapun kerjasama tim dengan berorientasi pada tujuan jauh lebih baik. Terlebih jika dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang terdiri dari beberapa departemen atau divisi yang saling terkait. Jika seseorang tidak kooperatif, bukan tidak mungkin akan menjadi masalah internal yang serius dan berdampak pada kinerja seluruh tim serta penurunan produktivitas perusahaan.

6. Leadership
Kemampuan leadership atau kepemimpinan tidak hanya dikhususkan bagi mereka yang memiliki jabatan tertentu saja. Ada banyak perusahaan yang lebih memilih pegawai yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, karena keberhasilan yang bisa diraih oleh organisasi atau perusahaan sangat tergantung pada leadership skill yang dimiliki oleh sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan tersebutJiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang diantaranya ditandai dengan kemampuannya dalam mengemban tugas dan tanggung jawab yang diberikan, termasuk kewajiban dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

7. Mampu bekerja baik di bawah tekanan
Dalam organisasi atau perusahaan apapun akan ada saat yang tidak menyenangkan seperti bekerja di bawah tekanan. Tuntutan untuk menampilkan hasil sebaik mungkin, deadline ketat, pimpinan yang cerewet, anggota tim yang tidak menyenangkan, dan sebagainya merupakan kondisi yang menekan mental seseorang. Dibutuhkan soft skill yang tinggi untuk bisa bekerja di bawah tekanan kerja sedemikian rupa. Kesabaran, ketulusan, dan kemampuan mengomunikasikan semuanya menjadi kompetensi yang harus dimiliki seseorang untuk bisa bekerja dengan baik di bawah tekanan.

8. Komunikasi yang efektif
Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam segala jenis profesi dan jabatan. Baik komunikasi secara verbal maupun nonverbal. Kemampuan komunikasi yang efektif akan membuat seseorang tampil percaya diri dan lebih mudah mengomunikasikan apapun dalam segala situasi dan kondisi.

9. Fleksibel dan mudah beradaptasi
Berhadapan dengan banyak orang dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda menuntut seseorang untuk bisa bersikap fleksibel dan beradaptasi segera. Seseorang harus membangun rasa percaya diri agar lebih mudah beradaptasi dan tidak kaku menyikapi kondisi apapun.

10. Percaya diri
Rasa percaya diri yang tinggi dimiliki oleh mereka yang selalu berpikiran positif. Dengan rasa percaya diri seseorang akan lebih mudah untuk beradaptasi, bekerjasama, dan melakukan banyak hal positif, dan bermanfaat bagi yang lainnya.

Baca: PROGRAM PELATIHAN & PENGEMBANGAN SDM





Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Selasa, 14 April 2015

DISIPLIN DIRI UNTUK SUKSES




Mari kita belajar dari jerapah. Induk jerapah melahirkan anaknya sambil berdiri dan bayinya akan jatuh dari kandungannya ke tanah yang keras. Hal pertama yang dilakukan oleh sang induk adalah berdiri di belakang anaknya dan menendang anaknya dengan cukup keras. Bayi jerapah akan berusaha bangun dan berdiri. Namun, ia masih mudah terjatuh karena kakinya masih lemah dan goyah. Sang induk kembali bergerak ke belakang si bayi dan menendangnya lagi. Demikian hal itu diulang beberapa kali hingga si bayi berdiri kokoh dan mulai berjalan menuju puting susu sang induk. Mengapa? Karena induk jerapah tahu bahwa satu-satunya cara bagi bayinya untuk bisa bertahan hidup di hutan adalah berdiri kokoh di atas kakinya sendiri. Jika tidak, ia akan mudah diterkam oleh binantang buas dan menjadi pemangsa mereka.


Apakah tindakan induk jerapah itu adalah tindakan kasih? Sudah pasti!


Disiplin bukan berarti seseorang harus menghajar anaknya. Itu jelas salah! Disiplin adalah memberi bimbingan. Disiplin untuk mencegah timbulnya pemasalahan di kemudian hari. Disiplin dimaksudkan untuk menghasilkan dan menyalurkan energi untuk meraih prestasi besar. Disiplin memang bukan tujuan, tetapi kita melakukannya sebagai bentuk kepedulian dan karena kasih.

Kadangkala kita harus bersikap keras untuk kebaikan. Tidak semua obat berasa manis, tetapi kita harus menelannya.

Oleh karena itu, Disiplin Kerja & Tertib Administrasi adalah salah satu bagian penting dalam bekerja, yang tentunya akan mendukung hasil kerja, terutama menyangkut manajemen waktu dan efektivitas kerja serta produktivitas kerja perusahaan.


Dan karena itulah kita harus menerapkan “budaya disiplin”:

·      Membangun Tim Kerja kita agar menjadi orang-orang yang disiplin.
·      Membentuk Tim Kerja kita sehingga mempunyai pemikiran yang disiplin.

·      Menciptakan Tim Kerja kita untuk bertindak secara disiplin.


Pentingnya disiplin kerja

Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan perusahaan mau pun bagi karyawan. Bagi perusahaan, adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. Ada pun bagi karyawan, akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Disiplin kerja merupakan alat yang digunakan oleh seorang LEADER (manajer/ pimpinan/atasan) untuk berkomunikasi dengan Tim Kerjanya (memberi panutan–teladan) agar bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua aturan dan ketentuan perusahaan yang berlaku.

Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian, bila peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan diabaikan atau sering dilanggar, maka karyawan tersebut mempunyai disiplin kerja yang buruk.

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, dan terwujudnya visi dan misi perusahaan.

Disiplin mencerminkan kekuatan, seseorang yang berhasil dalam karyanya adalah mereka yang memiliki disiplin tinggi.

Mari kita tegakkan Disiplin Kerja, untuk hasil kerja yang optimal.

Baca: APA KENDALA ORANG TIDAK SUKSES?





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Minggu, 12 April 2015

BAGAIMANA MEMBUAT MIMPI MENJADI NYATA?




Berpikir positif adalah kunci untuk membuat mimpi-mimpi Anda menjadi nyata. Untuk mencapai sebuah keberhasilan diperlukan usaha yang keras. Itupun memerlukan gagasan-gagasan besar dan kemampuan untuk melaksanakannya. Jika Anda melontarkan pertanyaan kepada setiap orang sukses mengenai bagaimana cara mereka mencapai kesuksesan, maka saran mereka cenderung akan mengarah pada “berpikir positif”.

Jika pikiran kita bimbing ke arah yang positif, maka apapun yang kita lihat, apapun yang kita alami, akan menghasilkan ide-ide positif yang akan menunjang kesuksesan kita. Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan di sini adalah, bagaimana cara membimbing pikiran kita agar selalu berpikir positif?
Baca: ILMU BERSIKAP POSITIF


Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan agar kita selalu berpikir secara positif, di antaranya adalah sebagai berikut:

Mengisi Pikiran dengan Muatan Positif
Berpikir positif adalah upaya kita untuk mengisi ruang dalam pikiran dengan muatan yang positif. Ruang-ruang dalam pikiran kita meliputi nalar (pikiran, intelektual), naluri (perasaan, emosional), dan nurani (hati, spiritual). Sedangkan pengertian muatan positif adalah berbagai bentuk pemikiran dengan kriteria benar atau tidak melanggar nilai-nilai yang ada, baik bagi diri kita sendiri, orang lain, dan lingkungan, serta bermanfaat atau menghasilkan sesuatu yang berguna.

Menggunakan Pikiran Positif untuk Mencapai Kesuksesan
Setelah pikiran kita memiliki muatan positif, langkah berikutnya adalah menggunakan muatan pikiran tersebut untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi. Jika pikiran kita sudah positif, namun tidak kita gunakan, itu saja sudah bagus, namun manfaatnya kurang maksimal.
Contoh: Anda meyakini bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Pada tahap ini Anda baru pada tingkat berpikir positif. Dan jika Anda mencari penyebab kegagalan tersebut, dan memperbaikinya untuk mencapai kesuksesan, berarti Anda sudah memanfaatkan pikiran positif tersebut.

Melakukan Pengendalian Pikiran
Pengendalian di sini mengandung pengertian kita berusaha mengetahui muatan apa saja yang kita masukan ke ruang pikiran, berusaha mengetahui bagaimana pikiran kita bekerja, dan mengetahui bentuk-bentuk pikiran negatif yang masuk ke ruang pikiran dan berusaha menghapus atau menghilangkannya. Untuk mengendalikan pikiran, kita harus berusaha mengetahui muatan pikiran positif dan negatif, berusaha mengubah yang negatif menjadi positif, dan berusaha menciptakan pemikiran baru yang positif untuk menggantikan pikiran lama yang negatif.

Membangun Keberanian dan Tekad
Pendekatan positif terhadap hidup membantu meningkatkan keberanian dan tekad. Dengan tekad yang kuat, mencapai apapun dalam hidup menjadi mungkin. Pandangan positif terhadap kehidupan juga membantu memberikan keberanian untuk menghadapi situasi yang sulit.

Menciptakan Keyakinan Diri
Berpikir positif membantu Anda percaya apapun yang Anda lakukan. Dengan adanya keyakinan, mencapai semua tujuan akan tampak lebih sederhana dalam hidup. Kekuatan ini juga membantu Anda untuk memecahkan masalah terbesar dalam hidup. Pemikiran adalah sumber dari segalanya, bahkan Anda bisa menjadi sakit apabila pikiran Anda mengarah ke hal-hal yang negatif. Oleh sebab itulah, jangan sampai pikiran Anda menghalangi kesuksesan Anda.

Baca: BAGAIMANA PIKIRAN BEKERJA?





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Sabtu, 04 April 2015

BERPIKIR BENAR DAN BERTINDAK BENAR




Presiden Jokowi benar ketika mengatakan bahwa bangsa ini membutuhkan sebuah REVOLUSI MENTAL. Berbagai ketimpangan dalam hampir semua segi kehidupan bangsa ini. Hampir tidak ada yang memuaskan. Korupsi, diskriminasi, manipulasi, pelecehan seksual, kekerasan, hanyalah beberapa fenomena eviden saat ini. Semua komponen bangsa, aparat pemerintah, rakyat, dan bahkan media sepertinya tidak ada yang mau ketinggalan untuk ambil bagian dalam gangguan mental akut ini. Seolah, semuanya sepakat untuk merasakan bagaimana nikmatnya bermental rusak demi tercapainya kepentingan dan nafsu pribadi atau kelompoknya.

Kerusakan mental seolah-olah dijadikan sebagai akibat dari sistem pemerintahan yang kurang bagus, hukum positif yang kurang tegas, pengawasan dari instansi negara ataupun agama yang kurang melekat, atau karena tingginya tuntutan hidup, namun terutama karena mental aparatur dan rakyat yang tidak terpuji. Kerusakan mental tidak akan pernah dapat diatasi dengan memperbaiki sistem pengawasan, memperberat hukuman, atau memperbaiki kesejahteraan dengan upah yang layak. Selama mental masih rusak, sistem sebaik apa pun, pengawasan seketat bagaimana pun, upah setinggi langit, atau hukum sekeras baja, maka itu hanyalah sebuah kesia-siaan belaka. Mungkin bisa sedikit meredam untuk sementara waktu. Namun, fenomena-fenomena di atas akan terus menjadi bahaya laten yang mengancam bangsa ini.

Revolusi mental pertama-tama menuntut perubahan cara berpikir dan cara bersikap atau bertindak. Keduanya harus menjadi satu kesatuan dan tidak boleh terlepas. Pada tahap pertama, orang tentu mesti dapat berpikir benar, dan kemudian harus diikuti dengan tindakan yang benar. Yang dimaksud dengan berpikir benar pertama-tama bukanlah yang berkaitan dengan kemampuan intelektual atau teknis, tetapi terutama yang berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan moral dan etika.

Mental yang baik hanya akan tercipta bila orang berpikir benar dan bertindak benar. Berpikir benar saja tidak cukup, sebab berpikir saja tanpa tindakan nyata tidak akan membawa manfaat. Demikian pun, bila hanya tindakan yang benar tanpa dilandasi cara berpikir yang benar, maka tindakan tersebut hanyalah sebuah kebetulan semata yang bisa berubah-ubah sesuai dengan mood si pelaku. Sebagai rational being, pikiran yang benar harus menjadi dasar bagi tindakan yang benar.

Problem mental bangsa ini justru terjadi karena adanya kesenjangan antara pikiran dan tindakan. Apa yang ada di dalam pikiran tidak diimplementasikan ke dalam tindakan. Sudah banyak sekali, bahkan jauh lebih banyak, orang yang dapat berpikir benar dibandingkan yang tidak dapat berpikir benar. Bahkan setiap pribadi yang sehat semestinya telah memiliki kapasitas kodrati (bawaan) untuk menentukan mana yang benar dan mana yang baik, serta mana yang tidak baik. Setiap pribadi yang sehat, termasuk golongan literasi (mampu membaca dan menulis atau melek aksara), tentu sadar bahwa mencuri (korupsi) itu tidak baik. Setiap manusia dilengkapi dengan kapasitas mental, atau yang dalam bahasa agama disebut suara hati/hati nurani, yang menuntun dan mengarahkannya untuk menentukan mana yang benar dan tidak benar. Tetapi sekali lagi, problem utamanya bukan pada ketidakmampuan berpikir benar, tetapi ketidakmampuan mengimplementasikan pikiran yang benar tersebut ke dalam tindakan yang benar.

Sebagai ilustrasi, setiap manusia Indonesia, termasuk koruptor kelas kakap, ketika ditanya apakah korupsi itu baik, saya yakin hampir seratus persen akan kompak menjawab bahwa korupsi itu tidak baik. Lalu mengapa masih korupsi, kalau mengetahui bahwa itu tidak baik dan bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Mengapa pengetahuan yang benar bahwa korupsi itu tidak baik tidak diikuti dengan tindakan yang benar untuk tidak korupsi?

Plato, seorang pemikir Yunani kuno, menyebutkan ada tiga daya alami yang mempengaruhi manusia: akal budi, emosi, dan hawa nafsu. Kebajikan atau keputusan yang benar hanya dapat tercapai apabila akal budi mampu mengekang emosi dan hawa nafsu. Ketika akal budi mampu mengekang hawa nafsu maka akan timbul kebajikan mawas diri (temperance). Orang yang mawas diri adalah orang yang dapat menjaga harga dirinya dari perbuatan-perbuatan yang rendah. Ketika akal budi dapat mengekang emosi, maka akan muncul keberanian dan semangat (courage) atau passion dalam menjalankan aktivitasnya. Berkaitan dengan emosi yang tidak terkontrol, ada sebuah adagium: “yang berawal dengan kemarahan, akan berakhir dengan rasa malu”. Ketika akal budi mampu mengontrol emosi dan hawa nafsu, maka akan  muncul kebijaksanaan (wisdom). Orang yang bijaksana adalah orang yang mampu mengambil keputusan-keputusan tepat dalam setiap situasi. Selain tiga kebajikan tersebut, masih ada kebajikan terakhir, yaitu keadilan (justice). Manusia dapat berbuat adil apabila ia mampu mengatur dan mengolah ketiga daya alami: akal budi, emosi, dan hawa nafsu secara baik. Manusia tidak akan pernah dapat berbuat adil terhadap sesamanya selama masih dikuasai oleh emosi dan hawa nafsu.

Selain tiga daya alami yang disebutkan Plato, mungkin bisa kita tambahkan hati nurani atau suara hati. Suara hati dapat menjadi pemandu yang baik bagi akal budi, terutama ketika akal budi mulai kehilangan kontaknya dengan nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Hati nurani menjadikan keputusan akal budi, bukan saja lebih beradab, tetapi juga dapat menyelaraskannya dengan ajaran agama dan moral seseorang.

Dari pemikiran Plato tersebut, pertanyaan tentang kesenjangan berpikir benar dan bertindak benar bisa terjawab secara singkat dan sederhana: akal budi manusia Indonesia masih dikuasai emosi dan hawa nafsu. Problemnya, insting kingdom animalia masih amat kuat dan dominan dalam pengambilan keputusan. Nafsu pribadi dan kelompok, emosi (rasa suka tidak suka, perasaan sesuku, seagama, seras) lebih sering menang dan dapat meredam kemampuan berpikir baik dan benar dalam mempengaruhi tindakan. Tidak heran, meski jawabannya singkat dan sederhana, namun pemecahannya terasa begitu rumit untuk bangsa ini.

Revolusi Mental ala Plato berarti mengembalikan dominasi akal budi dan hati nurani atas nafsu dan emosi. Revolusi Mental pada tempat pertama harus ditujukan pada diri sendiri, yaitu dengan mempertanyakan secara terus menerus keselarasan antara pikiran dan tindakan. Apabila terjadi ketidakselarasan antara keduanya, maka sudah saatnya untuk mulai mengolah dan mengontrol emosi dan hawa nafsu. Ketika seseorang merasa memiliki harga diri untuk tidak melakukan hal-hal kotor dan keji (korupsi, manipulasi, diskriminasi, dll), atau keputusannya adil dan bijaksana tanpa didasari kepentingan emosional tertentu, maka selamat! Anda termasuk orang-orang bermental baik di negeri ini.
(Sumber: KOMPASIANA)

Baca: ILMU BERSIKAP POSITIF





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan