Sabtu, 26 September 2015

KENAPA HARUS MENABUR KEBAIKAN?



James Bender dalam bukunya,
"How to Talk Well" (New York; McGray-Hill Book Company,Inc., 1994)


Memuat kisah tentang seorang petani yang menanam jagung unggulan dan sering kali memenangkan penghargaan petani dengan jagung terbaik sepanjang musim.

Suatu hari, seorang wartawan dari koran lokal melakukan wawancara dan menggali rahasia kesuksesan petani tersebut. Wartawan ini menemukan bahwa petani itu membagikan benih jagungnya kepada para tetangganya.

"Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda, lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama setiap tahunnya?" tanya wartawan, dengan penuh rasa heran dan takjub.

"Tidakkah Anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka kualitas jagung saya akan menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin menghasilkan jagung kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula," jawab petani.

Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas jagungnya, jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal yang sama.

Dalam kehidupan, mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan pada orang-orang di sekitarnya. Jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan untuk orang lain.

Jika Anda ingin hidup dengan kemakmuran, maka Anda harus berusaha meningkatkan taraf hidup orang-orang di sekitar Anda. Anda tidak akan mungkin menjadi ketua tim yang hebat, jika Anda tidak berhasil meng-upgrade masing-masing anggota tim Anda.

KUALITAS ANDA DITENTUKAN OLEH KUALITAS ORANG-ORANG DI SEKITAR ANDA.

Orang cerdas sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain, begitu pula orang yang baik adalah orang yang berbuat kebaikan bagi orang lain. Apa yang kita tanam, itulah yang kita petik kelak. Tidak lebih... tidak kurang... PAS!


Baca: Hukum Tabur Tuai





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Selasa, 22 September 2015

FOKUS PADA HAL-HAL BAIK




Seorang motivator terkenal - Jim Rohn, diundang sebuah organisasi untuk memacu semangat anggotanya.

Dalam presentasinya, Jim Rohn mengambil satu kertas putih yang besar,
kemudian dia membuat sebuah titik hitam kecil dengan pena persis di tengah kertas itu.

Kemudian dia memperlihatkan kertas itu kepada semua orang yang hadir di sana,
“Apakah yang Anda lihat dari kertas ini?”

Dengan cepatnya seorang pria langsung menjawab,
“Saya melihat sebuah titik hitam.”

“Baik, apalagi yang Anda lihat selain titik hitam?”

Yang lainnya terus memberi jawaban sama,
“Hanya sebuah titik hitam.”
“Tidakkah Anda melihat yang lainnya, selain titik hitam?”

“Tidak!”
Dengan serentak, hampir seluruh pengunjung itu menjawabnya.

“Bagaimana dengan lembaran kertas putih ini?
Saya yakin kamu semua pasti melihatnya,
tapi mengapa tak ada yang memperhatikannya dan hanya melihat pada sebuah titik kecil saja?”

Dalam hidup ini,
kita sering lalai dan mengabaikan hal-hal yang baik,
hal-hal yang cemerlang,
hal-hal yang dahysat,
hal-hal yang indah,
Dan banyak hal-hal lainnya yαηg kita alami atau pernah terjadi dikehidupan kita.

Kita seringnya hanya fokus dan memperhatikan pada masalah kecil, masalah sepele, masalah keuangan, masalah kekecewaan, masalah kegagalan...

Masalah kita itu,
persis seperti sebuah titik hitam kecil, dalam lembaran kertas besar ini.

Masalah itu sebenarnya kecil dan tidak signifikan,
jika kita dapat meluaskan pandangan kita untuk melihat keseluruhan dalam hidup yαηg kita jalani,
persis seperti kita melihat seluruh lembaran kertas besar ini,
maka titik hitam tadi sangat kecil dan hampir tidak berarti.

Apakah kita termasuk orang yang juga selalu melihat titik hitam itu?


Baca: JANGAN MEMBANDINGKAN HIDUPMU!





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Minggu, 20 September 2015

APA YANG ADA DI DALAM DIRI ANDA?




Pada dasarnya semua orang memiliki potensi dan bakat unik yang diberikan oleh Tuhan. Namun, salah satu hal yang sulit dimiliki dan dipertahankan dalam hidup ini adalah sikap menghargai apa yang kita miliki dan siapa diri kita.

Banyak orang hidup di dunia ini dengan memberikan citra diri yang kurang baik, bahkan buruk terhadap diri sendiri, karena mereka tidak menghargai potensi yang ada di dalam diri mereka. Mereka hanya terfokus pada kegagalan yang tampak dari luar saja dan bukan melihat potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka. Mereka hanya membiarkan kemampuan luar biasa yang mereka miliki tertutup oleh keragu-raguan dan perasaan tidak nyaman.

Memberikan citra diri yang positif jangan diartikan dengan mencari kesempurnaan, tetapi berusaha untuk memberikan hal yang terbaik dari diri kita.

Citra diri yang positif juga bukan berarti harus memenangkan persaingan atau membandingkan-bandingkan diri Anda dengan orang lain.

Yang benar adalah Anda harus senantiasa memaksimalkan apa yang mampu Anda lakukan dan potensi yang Anda miliki.


Orang yang memiliki citra diri positif yang sebenar-benarnya memiliki:
·       Kemampuan untuk melakukan keseimbangan.
·       Kemampuan untuk menentukan tujuan.
·       Kemampuan untuk menerima secara wajar segala kesuksesan dan kegagalan.
·       Kepribadian yang kuat.

Jika kita perhatikan lebih jauh, perilaku setiap orang dapat dikelompokkan menjadi:
    1)  Mereka yang merasa lebih tinggi dari orang lain.
Mereka yang menganggap diri mereka lebih tinggi dari orang lain tidak mau mengakui kelemahan atau kekurangannya sendiri. Mereka menunjukkan diri mereka sebagai orang yang paling baik, paling pandai, paling kuat, paling sukses dalam kelompoknya.
    2)  Mereja yang merasa lebih rendah dari orang lain.
Mereka menganggap diri mereka lebih rendah dari orang lain. Mereka lebih senang melihat kekuatan dan kelebihan orang lain daripada melihat kelebihan mereka sendiri. Mereka langsung mengambil kesimpulan bahwa mereka tidak berbakat, tidak menarik, dan tidak sukses dibandingkan dengan orang lain. Mereka ingin memiliki kualitas-kualitas seperti yang dimiliki oleh orang lain tetapi tidak yakin bisa memilikinya juga. Mereka menganggap bahwa bakat bawaan dan potensi yang mereka miliki tidak berarti.
    3)  Mereka yang seimbang.
Mereka yang menganggap diri mereka sebagai orang yang seimbang, mereka sadar bahwa mereka mempunyai kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh Tuhan dan kemampuan-kemampuan serta potensi yang dapat digunakan untuk meraih apa yang mereka inginkan. Di sisi lain, mereka juga mengakui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh orang lain. Namun demikian, mereka tidak khawatir bahwa hal itu akan mengurangi kualitas mereka sendiri. Mereka senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri sendiri, tetapi tidak berambisi terlalu muluk untuk menjadi orang yang sempurna.
Posisi ini sehat dan positif karena akan menjadikan kehidupan mereka lebih bermakna dan memberikan kepuasan.

Setiap orang memiliki tingkatan kebanggaan tersendiri. Kita memiliki ego. Kita juga ingin agar orang lain memandang diri kita sebagai orang yang kuat, menarik dan sukses. Namun kita juga mempunyai kecenderungan dari dalam untuk lebih memperhatikan kelemahan-kelemahan kita sendiri dan menganggap remeh apa-apa yang kita miliki.

Beberapa orang tampaknya fakus pada kelemahan-kelemahan dan kegagalan-kegagalanya. Hal-hal seperti ini terus mereka gaungkan ke dalam benak mereka. Mereka terlalu sadar dan mungkin juga terlalu takut kepada kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang yang mereka kagumi. Mereka selalu menempatkan orang lain di atas posisi mereka dan membandingkan kegagalan mereka dengan kesuksesan orang lain. Orang seperti ini sulit melakukan penilaian diri.

Mereka yang merasa selalu terkungkung dengan “hal-hal negatif” yang berada di dalam diri mereka seharusnya menyadari bahwa pandangan-pandangan negatif terhadap kualitas yang mereka miliki sendiri, sebenarnya tidak masuk begitu saja ke dalam benak dan hati mereka. Sebetulnya, secara alami saat mereka lahir, mereka belum memiliki perasaan-perasaan yang tidak baik terhadap diri mereka sendiri. Ada yang meyakini bahwa penyebabnya adalah lingkungan atau tempat tinggal mereka dimasa kanak-kanak, kata-kata yang diucapkan oleh orang tua mereka, komentar bahwa orang lain memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan diri mereka. Padahal, pikiran-pikiran negatif terhadap kualitas yang dimiliki adalah sebagai pengalaman mereka sendiri. Pengalaman itu bisa berupa kesuksesan maupun kegagalan yang terus menerus ditanamkan dan di “ucapkan” ke dalam diri mereka sendiri.

Perasaan-perasaan merasa kurang biasanya menyerang kita untuk pertama kalinya saat kita masih kanak-kanak dan biasanya karena mengalami hal yang memalukan di masa kecil. Kenangan kurang menyenangkan itu akhirnya terus menghantui kita hingga sekarang. Umumnya, tanpa harus berpikir dua kali orang bisa membuat daftar panjang pengalaman memalukan yang pernah menimpa mereka. Kita masih ingat olok-olok yang dilontarkan oleh orang tua kita, teman-teman sekolah, atau guru-guru kita. Misalnya, dengan memberikan julukan “si gemuk”, “si kerempeng” atau “si pendek”. Atau kita diberi julukan “si mata empat”, “si gagal”, atau “si bodoh”. Pernahkan ada orang yang mengomentari rambut Anda, kulit Anda, telinga Anda, gigi Anda, kaki Anda, atau hidung Anda? Tidakkah jika dipikir sekarang hal itu merupakan sesuatu yang yang konyol? Jika seseorang mengingat terus olok-olokan tersebut, akhirnya tanpa disadari akan membentuk citra diri secara keseluruhan. Hal ini sangat umum terjadi dan sangat merugikan.

Kita cenderung untuk terus mengingat setiap penolakan, setiap hal yang memalukan dan setiap julukan buruk yang diberikan orang lain pada kita. Kita juga cenderung untuk terus membawanya bersama kita. Konyolnya, kebanyakan orang yang telah memberikan julukan buruk kepada kita itu biasanya justru tidak ingat lagi bahwa mereka pernah melakukan hal itu.






Salam Sejahtera & Sukses Selalu!


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w

Sabtu, 19 September 2015

WAJAH DI DEPAN CERMIN




Jikalau kamu mendapatkan apa yang menjadi ambisimu selama ini,
Dan dunia membuatmu merasa bagai raja dalam sehari,
Pergilah ke cermin dan tataplah dirimu di situ,
Dengarlah apa yang akan dikatakan wajah dalam cermin itu.
Karena bukanlah ayah, ibu atau pasangan hidupmu,
yang menentukan kelulusanmu,
Tapi, keputusan paling berharga datang dari dia
yang menatap kembali dari cermin.
Dialah teman yang harus kau puaskan,
Jangan pedulikan yang lain,
Karena dialah yang pasti akan bersamamu hingga akhir,
Dan kau telah melalui suatu ujian berat dan berbahaya,
Jika wajah di cermin dapat menjadi temanmu.
Kau dapat saja menipu dunia ini sepanjang perjalanan hidupmu,
Selalu mendapat tepukan saat kau melaluinya,
Tapi hasil akhirnya hanyalah sakit hati dan ratap tangisan,
Bila kau, telah menipu si wajah dalam cermin.
(Harry Holland Upchurch)


Salam Sejahtera & Sukses Selalu!



Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan

Minggu, 13 September 2015

MENGGUNAKAN PIKIRAN UNTUK MENCIPTAKAN KEKAYAAN




Di luar segenap keraguan, kita tahu bahwa alam semesta yang kita kenal, mulai dari dunia “fisik” hingga pikiran, adalah energi yang bergerak.

Sebenarnya realitas “mental” kita dan realitas dunia “luar” merupakan peristiwa kuantum yang saling berkaitan erat. Kita adalah partisipan dalam sebuah semesta yang terbuka dan dinamis. Dan kita hidup di dua dunia yang saling bersisian dan tumpang tindih.

Apakah terdengar aneh? Barangkali.
Namun jika kita melihat pikiran dan ingatan sebagai “sumber energi” yang mengadakan pertukaran energi dengan dunia fisik “eksternal”, maka kita berada tepat di garis fisika kuantum dan neurosains.
Apakah efek energi mental pada dunia fisik masih meragukan?

Cara Kita Menciptakan “Realitas”
Hari ini alat pemindai PET dapat membuat kita “melihat” bagaimana otak secara aktif mengubah dan menumbuhkan pemikiran. Kekuatan sebuah pemikiran tidak bisa lagi dianggap sebagai “teori metafisik”. Masing-masing gambar dari “dunia luar” membentuk dan mengubah otak secara fisik. Dari gambaran-gambaran inilah pikiran membentuk apa yang kita sebut sebagai “realitas”. Sebagai contoh, mata kita sebenarnya tidak benar-benar “melihat” apapun – kedua mata kita hanyalah mengumpulkan cahaya itu selanjutnya ditransmisikan ke dalam otak sebagai sinyal-sinyal elektronik.
Berdasarkan pengalaman, otak menafsirkan sinyal-sinyal itu dan mengatakan kepada kita apa yang kita “lihat”.
Saat ini para ilmuwan mengatakan apa yang selama berabad-abad diungkap oleh para mistikus: bahwa kehidupan adalah ilusi. “Ilusi” itu adalah dunia di luar diri kita sendiri. Yang kita pahami sebagai sesuatu yang betul-betul ada.
Dengan demikian, menurut para ilmuwan, “dunia yang sebenarnya” terbuat dari vibrasi energi. Sekarang kita mengetahui bahwa tiap orang menciptakan dunia versi mereka sendiri berdasarkan kepercayaan, harapan, dan masa lalu masing-masing.
“Lantas, bagaimana segala hal ini saling berhubungan dalam menciptakan kekayaan?” tanya kita. Sungguh sederhana: penafsiran kita atas kata “kesejahteraan” sangat berkaitan dengan apa yang kita imajinasikan, bayangkan, inginkan, atau takuti dan tolak.

Masuk ke Dalam Pikiran
Mari kita periksa apa sebenarnya “kesejahteraan” itu. Dilihat dari sudut pandang neurosains, kesejahteraan merupakan “konsep mental” yang bertempat dalam otak fisik kita. “Konsep” kesejahteraan hidup dalam bagian sadar rasional dalam otak. Yakinlah, kita dapat memberikan definisi tepat terhadap kata “kesejahteraan” tanpa perlu melibatkan emosi. Namun ketika kita bertanya, “Apa arti kesejahteraan bagi KITA secara pribadi?” maka segala sesuatunya tiba-tiba berubah.

Dalam waktu satu milidetik alam tak dasar kita dengan cepat memunculkan gambaran kondisi teman baik kita, membandingkan mobil keluarganya yang bermerek Cadilac dengan mobil keluarga kita yang hanya Ford; atau mungkin, saat menginginkan sepeda baru, kita selalu diminta untuk “realistis” atas kondisi keuangan keluarga. Atau diberi tahu bahwa kita tidak akan pernah “benar-benar sejahtera” tanpa menjadi dokter atau pengacara. Dimana hal ini terjadi? Jauh di dalam ketidaksadaran. Dan sayangnya alam bawah sadar TIDAK merespons “alasan logis” bahwa “pelajaran” lama itu tidak lagi dapat dipakai.

Apakah gaya hidup KITA sangat jauh dari apa yang kita impikan? Kita bisa merasa yakin bahwa alam bawah sadar yang menyebabkan kita terlempar ke belakang!

Dan persoalannya: setiap kali kita “mengunjungi” salah satu bagian dari alam tak sadar yang membatasi pikiran, getaran-getaran saraf yang menuntun kita ke sana justru makin kuat secar fisik! Ini BUKANLAH teori belaka. Ini adalah sains yang dapat diobservasi!

Hanya ada satu cara untuk mengatasi alam tak sadar yang membuat kita tidak dapat memunculkan gaya hidup yang ideal: kita harus memprogram ulang neuron (sel-sel otak) secara fisik.

Adakah cara “yang cepat dan mudah” untuk melakukannya? Tidak! Mari kita menghadapi – seandainya memang benar demikian, setiap orang akan hidup dalam mimpi mereka.
Tetapi hal itu bisa diwujudkan!

Otak Menyusut atau Tumbuh
Kita tahu, otak bukanlah organ yang tidak mengalami perubahan seperti yang kita pikirkan sebelumnya. Otak sebenarnya “lentur”, dan mengalami perubahan fisik menyesuaikan diri dengan pikiran atau ingatan kita.

Takala kita berpikir, memahami, mengingat atau mempelajari sesuatu, maka pesan-pesan kimiawi dikirimkan dari salah satu neuron (sel otak) menuju sel otak lainnya. Dan apabila kita sering memikirkan “sesuatu”, atau memikirkannya dengan emosi tinggi, maka neural-neural yang berhubungan akan menguat secara fisik.
 Apabila kita hendak memikirkan atau mengingat sesuatu (seperti kenangan buruk), maka neural yang berhubungan akan rusak secara fisik – dan akhirnya tidak berfungsi. Tentu saja jika kenangan buruk itu disertai dengan emosi yang tinggi, ketegangan akan berlangsung lebih lama.

Namun ada sesuatu yang sangat penting yang harus dipelajari dari pola itu! Para ahli neurosains telah menemukan bukti yang kuat bahwa emosi memperkuat neuron dalam mempertahankan suatu ingatan atau pikiran.

Emosi bisa dijadikan sebagai peranti yang kuat untuk memprogram ulang otak!

Memanfaatkan Kekuatan pikiran
Memanfaatkan kekuatan pikiran untuk menciptakan gaya hidup yang diidam-idamkan dapat menjadi pengalaman yang benar-benar menggembirakan. Bayangkanlah sekiranya kita sungguh-sungguh ingin menciptakan gaya hidup yang didamba-dambakan itu.
Mari kita mempraktekkannya:
·       Itu semua bermula dari keputusan, yang memakan waktu satu milidetik.
·       Selanjutnya bersiaplah mengambil langkah dramatik (ini untuk mengubah hidup). Kita benar-benar bersama dengan diri kita dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan semisal: Apa arti kesejahteraan bagiku? Apakah itu berarti kondisi finansial ataukah memiliki waktu luang lebih banyak? Apakah aku benar-benar ingin menciptakan gaya hidup yang “sejahtera”? Bagaimana hal ini akan tampak hari demi hari? Apa yang harus kuubah untuk mewujudkan hal ini?”
·       Selanjutnya, kita harus mempersiapkan diri menanggung segala akibatnya. Makin besar komitmen emosional untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, makin cepat kita mendapatkannya! Inilah mengapa sangat penting untuk mengejar segala sesuatu yang memicu gairah!
·       Yang terakhir, manfaatkan kekuatan pikiran yang terfokus untuk memprogram ulang neoron-neuron.

Berikut adalah cara mudah untuk memprogram ulang neuron-neuron tersebut:
Setiap pagi ambillah sehelai kertas berukuran 3 x 5 sentimeter dan tuliskan pernyataan singkat mengenai impian terpenting kita. Lalu di sisi yang lain tulislah salah satu hal “khusus” yang akan kita lakukan HARI INI agar bisa lebih mendekati impian itu. Langkah ini harus nyata, spesifik, dan dapat dilakukan hari ini! Simpan kertas itu di dalam dompet dan LAKUKAN langkah khusus tersebut di akhir hari kita. Hanya dalam waktu satu bulan kita akan terkejut melihat apa yang sudah kita hasilkan!
(Sumber: “Harness Your Mind to Create Prosperity”, Dr. Jill Ammon-Wexler)





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w

Rabu, 09 September 2015

KENAPA ORANG TIDAK BERBISNIS?




Kenapa orang tidak berbisnis? Banyak alasan yang membuat seseorang tidak mau merintis bisnis. Setidaknya 15 alasan di bawah ini dapat dicarikan solusinya, sehingga banyak orang yang berani untuk memulai bisnis, menjadi entrepreneur, dan meraih impiannya.
1. TAKUT RUGI
Tidak ada orang yang tidak merasa takut dengan suatu hal yang baru, untuk ke luar dari zona nyaman. Hampir semua entrepreneur pada awalnya mengalami perasaan yang sama, takut rugi. Yang membedakannya adalah keberanian untuk ambil resiko atau tidak. Justru Anda bisa memanfaatkan rasa takut tersebut untuk mendorong diri Anda untuk memulai bisnis. Tanyakan pada diri sendiri, Apa saya tidak takut kalau impian saya nanti tidak akan pernah tercapai hanya gara-gara saya tidak berani memulainya?” Memang butuh perencanaan dan persiapan untuk memulai suatu bisnis.
Baca: TIPS UNTUK MEMULAI BISNIS

2. TIDAK MEMPUNYAI KONEKSI
Semua mungkin sepakat bahwa di dalam menjalankan bisnis, koneksi itu merupakan hal
yang penting. Mungkin Anda tidak mengenal orang-orang besar, pengusaha, pejabat, dan lain-lain, sehingga Anda merasa semuanya serba tidak mungkin. Padahal jika Anda sadari, banyak sekali orang-orang hebat yang ada di social media. Anda bisa memperkenalkan diri, siapa dan apa bisnis yang dijalankan. Kemudian Anda akan diabaikan. No problem, karena orang hebat tidak akan buang-buang waktu untuk membalas perkenalan Anda, jika dianggap tidak terlalu penting. Tugas entrepreneur setelah itu adalah buat satu alasan kenapa mereka membutuhkan kita. Karena ketika ada kebutuhan, maka siapapun akan mencari cara untuk memenuhinya.
Baca: KENAPA ANDA TIDAK KAYA?

3. SUDAH TERLAMBAT
Banyak sekali orang yang mengatakan bahwa memulai bisnis sekarang itu sudah terlambat.
Pertanyaannya, kapan waktu yang tepat untuk memulai bisnis selain hari ini, sekarang? Ini kemungkinan jawaban yang sering muncul, “Seharusnya saya mulai bisnis dari 10 tahun lalu, pasti sekarang sudah besar.“ Dan kemudian di tahun 2025 Anda akan menanyakan lagi hal yang sama di tahun 2015.
Baca: TERLAMBAT SUDAH...

4. BANYAK ORANG TIDAK PEDULI
Saat baru memulai bisnis, banyak orang yang akan mengabaikan bahkan menolak mentah-mentah ide bisnis yang
Anda tawarkan. Ini menjadi alasan kenapa orang tidak berani memulai bisnis. Padahal, kalau saja mau berusaha memberikan nilai tambah dan terus memperbaiki kualitas diri sampai bisnisnya benar-benar berguna dan bermanfaat, bisnis tersebut akan dicari orang banyak.
Baca: LAKUKANLAH YANG TERBAIK!

5. TIDAK PUNYA UANG

Yaa
, oleh karena itulah seharusnya mulai berbisnis, untuk mendapatkan uang. Entrepreneurial adalah ilmu dan seni mendapatkan lebih banyak lagi dari segala kekurangan yang ada, seperti kekurangan modal, kekurangan waktu, kekurangan keberanian, kekurangan kemampuan, kekurangan orang, kekurangan tempat, dan lain sebagainya. Bagaimana cara mengatasi semua kekurangan itu? Itulah kenapa orang berbisnis. Berpikir dan lakukan, fokus menyelesaikan masalah kekurangan-kekurangan itu dengan sendirinya tanpa diperintah.
Baca: MODAL UANG BUKAN SYARAT MUTLAK UNTUK BERBISNIS!

6. TIDAK PUNYA WAKTU
Apakah seorang pengusaha sukses memiliki 8 hari dalam seminggu? 25 jam dalam satu hari? Atau 70 menit dalam satu jam? Tidak! Mereka juga punya waktu yang sama 7 hari dalam seminggu, 24 jam dalam satu hari, dan 60 menit dalam satu jam. Semua orang memiliki waktu yang sama! Yang membedakannya adalah, apa yang dia lakukan saat kita menonton tv? Apa yang dia lakukan saat kita jalan-jalan di mall? Atau apa yang dia lakukan saat kita tidur?
Baca: MERINTIS BISNIS SAAT MASIH BEKERJA

7. TIDAK MENGUASAI BIDANG
Nahh…, berarti tahu masalahnya, dan harus cari solusinya. Apa solusinya? Pelajari bidang itu! Itu mengapa orang sekolah, kuliah, dan mengikuti pelatihan-pelatihan. Pelajari, baca banyak buku tentang bidang itu, praktekkan, pelajari lagi, praktekkan lagi dan begitu seterusnya. Pada waktunya akan lahir seorang “ahli” dibidang tersebut. Setiap orang mampu meraih pengetahuan dan kemampuan, karena pengetahuan dan kemampuan itu tidak turun dari langit begitu saja.
Baca: TRAINING BISNIS GRATIS

8. TIDAK MEMILIKI IDE
Ini hal yang juga sering dijadikan alasan banyak orang untuk tidak berbisnis. Ide tidak harus selalu “baru”. Ide juga bisa “lebih baik”. Mark Zuckerberg bukanlah orang pertama yang mengembangkan bisnis social media. Tapi dia punya ide “lebih baik”, maka dia mampu sukses. Mulai dari lingkungan sekitar kita, lihat ada masalah apa dan solusikan.
Baca: KENAPA HARUS MEMILIH BISNIS HANDUK?

9. TIDAK BERANI MENGAMBIL RESIKO
Resiko hidup yang paling besar adalah ketika memutuskan tidak berani mengambil resiko. Dengan memutuskan untuk tidak mengambil resiko, maka ada
juga resiko yang akan tercipta, yaitu impian tidak akan pernah tercapai, dan hidup seperti layaknya kebanyakan orang di zona nyaman. Anak dan cucu tidak akan pernah mendengar cerita hebat tentang orang tua mereka, selain cerita tentang batman atau superman.
Baca: KESEMPATAN YANG HILANG

10. TIDAK MAHIR MENGEKSEKUSI
Alasan ini juga sering muncul, padahal solusinya ada dua, belajar cara mengeksekusi, atau cari partner yang memang jago mengeksekusi.

Baca: SOFT SKILL vs HARD SKILL

11. MENUNGGU SEMUANYA SEMPURNA
Apakah ponsel yang Anda gunakan saat ini adala
h produk yang paling sempurna? Tidak, tapi perusahaannya luar biasa besar. Karena mereka selalu menyempurnakan seiring waktu. Bukan menunggu hingga sempurna.
Baca: MENCARI YANG SEMPURNA

12. TIDAK NYAMAN BERBISNIS
Mengapa tidak nyaman dalam menjalankan bisnis? Karena bisnis memiliki resiko-resiko yang seakan mengancam. Karena itu muncul modul “risks management”. Pelajari resiko-resikonya lalu ambil keputusan sebijak mungkin. Pengusaha bisa hebat karena mereka berhasil melewati resiko-resiko itu, dan orang yang gagal melewati resiko-resiko itu akan berhasil melewati resiko-resiko itu nanti, karena mereka belajar dari sana dan tidak putus asa.

Baca: TRAINING MANAGEMENT

13. TAK ADA SATUPUN YANG MENGERTI
Sudah mencoba menawarkan produk atau jasa bisnis tapi tidak ada yang mengerti dan kemudian diabaikan. Bagus! Berarti itu adalah hal yang benar-benar baru dan tidak banyak
orang yang mengetahui. Ada satu istilah “Blue Ocean”, istilah itu digunakan untuk menyebut suatu bisnis yang belum pernah dijajaki orang lain karena memang sangat baru. Tugas seorang entrepreneur adalah menyusun kalimat pitch yang sesederhana mungkin agar orang mudah mengerti bisnis Anda. Jangan terlalu banyak menggunakan istilah teknis, gunakan yang umum-umum saja.
Baca: HOBI YANG DAPAT DIJADIKAN BISNIS

14. BISNIS TERLALU SULIT
Tidak ada yang mudah sampai kita terbiasa melakukannya. Ingat bagaimana sulitnya belajar matematika di kelas 1 SD dulu? Tapi setelah terbiasa, kesulitan bisa jadi sangat mudah. Intinya adalah jangan pernah berhenti belajar dan biasakan
lah. Apa yang membuat seorang penyanyi dengan mudah menguasai panggung dan memukau penontonnya? Karena ia belajar menyanyi yang baik dan terbiasa menyanyi menghibur orang banyak.
Baca: PERENCANAAN UNTUK MEMULAI BISNIS

15. AKAN SANGAT MEMALUKAN JIKA GAGAL
Kegagalan akan menjadi bahan pembicaraan orang lain. Ini juga menjadi alasan kenapa orang takut memulai bisnis, karena jika gagal, mereka akan malu gara-gara dibicarakan. Sebetulnya malu adalah sikap yang manusiawi, sama seperti perasaan sedih atau marah. Tapi orang hebat mana yang tidak pernah mengalami kejadian memalukan? Bill Gates tidak lulus studi, memalukan. Kemudian suatu hari kita juga membaca “I failed my exam in some subjects but my friend passed. Now he is an engineer in microsoft and I’m the owner”. Poinnya adalah, tak perlu takut gagal, gagal memang memalukan, tapi malu itu penting untuk mendorong kita belajar lebih banyak lagi agar tidak gagal lagi kemudian hari.

Baca: PENYEBAB UTAMA BISNIS TIDAK BERKEMBANG?

(Sumber: Jeff Haden, "15 Terrible Excuses For Not Starting Your Own Business" di Inc.com)




Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan