Pada dasarnya semua orang memiliki potensi dan bakat unik yang diberikan
oleh Tuhan. Namun, salah satu hal yang sulit dimiliki dan dipertahankan dalam
hidup ini adalah sikap menghargai apa yang kita miliki dan siapa diri kita.
Banyak
orang hidup di dunia ini dengan memberikan citra diri yang kurang baik, bahkan
buruk terhadap diri sendiri, karena mereka tidak menghargai potensi yang ada di
dalam diri mereka. Mereka hanya terfokus pada kegagalan yang tampak dari luar
saja dan bukan melihat potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka. Mereka hanya
membiarkan kemampuan luar biasa yang mereka miliki tertutup oleh keragu-raguan
dan perasaan tidak nyaman.
Memberikan citra diri yang positif jangan diartikan dengan mencari
kesempurnaan, tetapi berusaha untuk memberikan hal yang terbaik dari diri kita.
Citra diri yang positif juga bukan berarti harus memenangkan persaingan
atau membandingkan-bandingkan diri Anda dengan orang lain.
Yang benar adalah Anda harus senantiasa memaksimalkan apa yang mampu Anda
lakukan dan potensi yang Anda miliki.
Orang yang memiliki citra diri
positif yang sebenar-benarnya memiliki:
·
Kemampuan untuk melakukan keseimbangan.
·
Kemampuan untuk menentukan tujuan.
·
Kemampuan untuk menerima secara wajar segala
kesuksesan dan kegagalan.
·
Kepribadian yang kuat.
Jika kita perhatikan lebih jauh, perilaku
setiap orang dapat dikelompokkan menjadi:
1)
Mereka yang merasa
lebih tinggi dari orang lain.
Mereka yang menganggap diri mereka lebih tinggi dari
orang lain tidak mau mengakui kelemahan atau kekurangannya sendiri. Mereka menunjukkan
diri mereka sebagai orang yang paling baik, paling pandai, paling kuat, paling
sukses dalam kelompoknya.
2)
Mereja yang merasa lebih
rendah dari orang lain.
Mereka menganggap diri mereka lebih rendah dari orang
lain. Mereka lebih senang melihat kekuatan dan kelebihan orang lain daripada
melihat kelebihan mereka sendiri. Mereka langsung mengambil kesimpulan bahwa
mereka tidak berbakat, tidak menarik, dan tidak sukses dibandingkan dengan
orang lain. Mereka ingin memiliki kualitas-kualitas seperti yang dimiliki oleh
orang lain tetapi tidak yakin bisa memilikinya juga. Mereka menganggap bahwa
bakat bawaan dan potensi yang mereka miliki tidak berarti.
3)
Mereka yang seimbang.
Mereka yang menganggap diri mereka sebagai orang yang
seimbang, mereka sadar bahwa mereka mempunyai kelebihan-kelebihan yang
diberikan oleh Tuhan dan kemampuan-kemampuan serta potensi yang dapat digunakan
untuk meraih apa yang mereka inginkan. Di sisi lain, mereka juga mengakui
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh orang lain. Namun demikian, mereka tidak
khawatir bahwa hal itu akan mengurangi kualitas mereka sendiri. Mereka senantiasa
berusaha untuk memperbaiki diri sendiri, tetapi tidak berambisi terlalu muluk
untuk menjadi orang yang sempurna.
Posisi ini sehat dan
positif karena akan menjadikan kehidupan mereka lebih bermakna dan memberikan
kepuasan.
Setiap orang memiliki tingkatan kebanggaan tersendiri. Kita memiliki
ego. Kita juga ingin agar orang lain memandang diri kita sebagai orang yang
kuat, menarik dan sukses. Namun kita juga mempunyai kecenderungan dari dalam
untuk lebih memperhatikan kelemahan-kelemahan kita sendiri dan menganggap remeh
apa-apa yang kita miliki.
Beberapa orang tampaknya fakus pada kelemahan-kelemahan dan
kegagalan-kegagalanya. Hal-hal seperti ini terus mereka gaungkan ke dalam benak
mereka. Mereka terlalu sadar dan mungkin juga terlalu takut kepada kelebihan
yang dimiliki oleh orang-orang yang mereka kagumi. Mereka selalu menempatkan
orang lain di atas posisi mereka dan membandingkan kegagalan mereka dengan
kesuksesan orang lain. Orang seperti ini sulit melakukan penilaian diri.
Mereka yang merasa selalu terkungkung dengan “hal-hal negatif” yang
berada di dalam diri mereka seharusnya menyadari bahwa pandangan-pandangan negatif
terhadap kualitas yang mereka miliki sendiri, sebenarnya tidak masuk begitu saja
ke dalam benak dan hati mereka. Sebetulnya, secara alami saat mereka lahir,
mereka belum memiliki perasaan-perasaan yang tidak baik terhadap diri mereka
sendiri. Ada yang meyakini bahwa penyebabnya adalah lingkungan atau tempat
tinggal mereka dimasa kanak-kanak, kata-kata yang diucapkan oleh orang tua
mereka, komentar bahwa orang lain memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan
dengan diri mereka. Padahal, pikiran-pikiran negatif terhadap kualitas yang
dimiliki adalah sebagai pengalaman mereka sendiri. Pengalaman itu bisa berupa
kesuksesan maupun kegagalan yang terus menerus ditanamkan dan di “ucapkan” ke
dalam diri mereka sendiri.
Baca: APA ITU SELF TALK?
Perasaan-perasaan merasa kurang biasanya menyerang kita untuk pertama
kalinya saat kita masih kanak-kanak dan biasanya karena mengalami hal yang
memalukan di masa kecil. Kenangan kurang menyenangkan itu akhirnya terus
menghantui kita hingga sekarang. Umumnya, tanpa harus berpikir dua kali orang
bisa membuat daftar panjang pengalaman memalukan yang pernah menimpa mereka. Kita
masih ingat olok-olok yang dilontarkan oleh orang tua kita, teman-teman
sekolah, atau guru-guru kita. Misalnya, dengan memberikan julukan “si gemuk”, “si
kerempeng” atau “si pendek”. Atau kita diberi julukan “si mata empat”, “si
gagal”, atau “si bodoh”. Pernahkan ada orang yang mengomentari rambut Anda,
kulit Anda, telinga Anda, gigi Anda, kaki Anda, atau hidung Anda? Tidakkah jika
dipikir sekarang hal itu merupakan sesuatu yang yang konyol? Jika seseorang
mengingat terus olok-olokan tersebut, akhirnya tanpa disadari akan membentuk
citra diri secara keseluruhan. Hal ini sangat umum terjadi dan sangat
merugikan.
Kita cenderung untuk terus mengingat setiap penolakan, setiap hal yang
memalukan dan setiap julukan buruk yang diberikan orang lain pada kita. Kita juga
cenderung untuk terus membawanya bersama kita. Konyolnya, kebanyakan orang yang
telah memberikan julukan buruk kepada kita itu biasanya justru tidak ingat lagi
bahwa mereka pernah melakukan hal itu.
Salam Sejahtera & Sukses Selalu!
Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Facebook: Johanes Budi Walujo
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Email: johanesbudiwalujo@gmail.com
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan