Alkisah,
ada seorang penjahat yang baru meninggal, dan diadili di gerbang maut. Ia
‘dinyatakan’ bersalah dengan kejahatan-kejahatan yang pernah ia lakukan dan
dimasukkan ke dalam api neraka. Ketika disiksa di dalam api neraka yang
menyala-nyala, ada seekor laba-laba di surga yang mendengar teriakan
penderitaannya. Tergeraklah hati si laba-laba untuk menolong. Sebab sewaktu
masih hidup, penjahat itu pernah menolong laba-laba itu dari bahaya maut.
Laba-laba itu menurunkan jaringnya dari surga untuk penjahat tersebut. Si
laba-laba berseru kepada penjahat, agar naik melalui jaring yang sudah
diulurnya. Si penjahat pun dengan semangat mulai memanjat. Para penjahat lain
yang melihat aksi ini rupanya ikut-ikutan juga menyelamatkan diri mereka lewat
jaring itu. Ketika si penjahat telah berada separuh jalan, ia melihat ke bawah
dimana banyak penjahat lain bergelantungan di jaring itu. Mulailah ia berteriak-teriak
dengan marah, “Hei, jaring ini hanya untukku! Nanti jaring ini putus. Hanya aku yang
punya hak untuk melalui jaring ini!” Ketika ia sibuk berteriak
mengusir, pegangan tangannya mengendur. Ia pun terjatuh, menimpa penjahat
lainnya di bawah. Jaring laba-laba itu terputus selamanya. Menyadari betapa
egoisnya si penjahat, laba-laba itu akhirnya pergi meninggalkannya di api
neraka.
Egoisme
sering menjadi akar penyebab kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh
manusia. Banyak ajaran agama mengingatkan bahwa keserakahan adalah sumber mala petaka
dan penderitaan lahir batin manusia. Ketika kita terlalu memikirkan diri
sendiri, segalanya tak pernah cukup. Semakin kita menginginkan, semakin
rakuslah diri kita. Kita pun terjebak dalam penderitaan cinta diri yang
berlebihan.
Keserakahan pada dasarnya adalah
wujud dari emosi kekhawatiran. Kekhawatiran bahwa dirinya tak akan cukup, yang
akhirnya membuat seseorang ingin meraih dan meraih lebih banyak lagi secara tak
terkendali. Pada ujungnya, keserakahan itu sendirilah yang menjeratnya.
Mengikuti
apa yang dikatakan oleh Stephen Covey, mereka yang serakah selalu memiliki
mentalitas kekurangan (scarcity
mentality). Sedangkan mereka yang tidak serakah cenderung memiliki
mentalitas kelimpahruahan (abudance
mentality).
Lawan
dari keserakahan adalah kepedulian. Kepedulian berarti belas kasihan dan
perhatian yang kita berikan kepada orang lain. Inilah yang membuat hidup ini
menjadi penuh makna. Albert Einstein berkata, “Hanya kehidupan yang
diperuntukkan bagi orang lainlah yang layak untuk dijalani.”
Anthony
Robbins, penulis buku best seller “Unlimited Power” mempunyai kisah pribadi
yang sangat menyentuh tentang makna kepedulian yang mengubah hidupnya. Ketika
ia masih kecil kehidupan ekonomi keluarganya sangat memprihatinkan. Orang
tuanya bekerja keras untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari, tetapi tetap saja
tidak cukup. Pada suatu hari Thanksgiving, saat mereka tidak mempunyai uang
untuk membeli makanan, seseorang mengetuk pintu rumah mereka dan memberikan
sekeranjang makanan dan masakan kalkun khas Thanksgiving. Orang itu mengatakan
bahwa makanan itu berasal dari seseorang yang tidak mereka kenal. Si orang tak
dikenal itu merasa, keluarga Anthony Robbins tidak akan menerima kiriman
makanan itu jika ia sendiri yang mengantarkannya. Ia hanya berharap keluarga
Robbins dapat ikut bersuka cita merayakan Thanksgiving.
Hingga
dewasa Anthony Robbins tak bisa melupakan pengalaman itu. Di perayaan
Thanksgiving setiap tahunnya Anthony Robbins melakukan hal yang sama. Ia
membeli berkeranjang-keranjang makanan lau menugaskan orang lain untuk
membagi-bagikannya kepada mereka yang membutuhkan. Di setiap keranjang ia hanya
meninggalkan tulisan, “Ini adalah bingkisan dari seseorang yang
mengasihi dan peduli kepadamu. Mudah-mudahan saat kamu sudah memiliki berkat
yang lebih baik, kamu akan melakukan hal yang sama untuk mereka yang juga
membutuhkannya.”
Baca: Jadilah orang baik dan teruslah berbuat baik!
Baca: Jadilah orang baik dan teruslah berbuat baik!
Salam Sejahtera & Sukses Selalu!
Drs. Johanes Budi Walujo
Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Facebook: Johanes Budi Walujo
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Email: johanesbudiwalujo@gmail.com
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan