Seorang remaja yang terlahir tuli sedang mengunjungi dokter THT untuk pemeriksaan rutin dengan ditemani oleh kedua orang tuanya. Sang dokter dengan bersemangat memberi tahu orang tua si remaja mengenai suatu prosedur pengobatan baru yang baru-baru ini dibacanya dari sebuah jurnal kedokteran. Sepuluh persen dari orang-orang yang terlahir tuli dapat dipulihkan kembali pendengarannya melalui sebuah operasi sederhana dan tidak mahal. Sang dokter bertanya kepada orang tua si remaja apakah mereka ingin mencobanya. Orang tua si remaja dengan segera mengiyakan.
Remaja itu adalah salah satu dari sepuluh persen orang-orang terlahir tuli yang dapat dipulihkan pendengarannya, namun dia menjadi jengkel dan sangat marah kepada kedua orang tua dan dokternya, karena dia tidak mengetahui apa yang mereka rembukkan saat pemeriksaan rutinnya. Tak seorangpun yang menanyakan (mengkomunikasikan) kepadanya apakah dia ingin bisa mendengar. Sekarang dia mengeluh karena harus menahan siksaan suara-suara ribut yang terus menerus, yang mana hanya sedikit saja yang dia pahami. Sebenarnya dia memang tidak pernah ingin dipulihkan pendengarannya.
Kedua orang tuanya dan dokter itu beranggapan bahwa setiap orang pasti ingin mendengar. Kita seringkali berpikir bahwa kita selalu tahu apa yang terbaik untuk orang lain. Kebaikan yang mengandung asumsi (beranggapan) seperti itu sungguh salah dan sangat berbahaya. Hal seperti itu menyebabkan di dunia ini terjadi banyak penderitaan.
Untuk itu, niat baik pun seharusnya dilakukan dengan cara yang benar.
Maka, komunikasikanlah...
Baca: JADILAH PENDENGAR YANG BAIK
Salam Sejahtera & Sukses Selalu!
Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Facebook: Johanes Budi Walujo
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Email: johanesbudiwalujo@gmail.com
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan