CAR (PT. Central Asia Raya) hadir bagi Anda yang:
- MAU MENABUNG CERDAS,
- BUTUH PEKERJAAN, dan
- MENCARI PELUANG USAHA
- Pria dan Wanita
- Warga Negara Indonesia
- Pendidikan minimal SMU
- Pengalaman tidak diperlukan
- Berani menghadapi rintangan
- Punya impian dan sikap positif
- Memiliki kendaraan sendiri
- Memiliki kemauan keras untuk sukses
- Mampu bekerja secara independent maupun teamwork
- Wajib mengikuti training, pengetahuan tentang bisnis 3i, sehingga tidak terjadi miss-informasi kepada calon nasabah
Peluang Bisnis di PT. CAR:
Berikut ini dahsyatnya bisnis 3i-Networks:
- Nyaris tanpa modal
- Menjadi Bos bagi diri sendiri
- Waktu kerja yang fleksibel
- Tidak perlu sewa kantor
- Support system sudah ada
- Manajemen profesional
- Penghasilan tidak dibatasi
- Keuntungan yang besar
- Bonusnya banyak
- Potensi pasar yang sangat luas
- Tidak sda resiko kerugian
- Produknya tidak kadaluarsa
- Produknya dibutuhkan oleh semua orang
- Bisa menjalankan pekerjaan/bisnis Lainnya
- Tidak dibutuhkan pengalaman kerja
- Tidak diperlukan latar belakang pendidikan tertentu
- Bisa dijalankan oleh siapa saja
- Bisa dimulai kapan saja
- Aktualisasi diri, membentuk Sikap Positif
- Adanya Peluang Kerja dan Karir
- Bisa Diinformasikan Kepada Siapa Saja
- Pekerjaan/Profesi Mulia, Bisa Bermanfaat, dan Bantu Banyak Orang
- Berkesempatan Bertemu Banyak Orang
- Salah Satu Cara Pintar agar:
Untuk LOWONGAN & PELUANG BISNIS, silahkan Anda KLIK yang berikut ini:
Ekonomi Tumbuh Hebat, RI Masih Terjerat Masalah Lapangan Kerja
Liputan6.com, Jakarta : Mantan Menteri Keuangan JB Sumarlin menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir tergolong hebat. Sayangnya, pertumbuhan itu masih belum bisa mengatasi permasalahan yang sangat berat bagi negara ini yaitu lapangan pekerjaan.
"Pertumbuhan ekonomi saat ini tergolong hebat, namun masih belum bisa memecahkan permasalahan lapangan kerja," ujar Sumarlin saat acara launching buku dan syukuran Ulang Tahunnya ke 80 di Jakarta, Sabtu (16/2/2013).
Sumarlin menjelaskan, kehebatan perekonomian ini dimulai ketika Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi di tahun 1998. Bahkan kinerja positif ekonomi Indonesia masih terus berlanjut hingga saat ini.
Meski pertumbuhan ekonomi terbilang tinggi, JB Sumarlin menilai pemerintah tak bisa lepas dari jerat permasalahan lapangan kerja. Hingga kini lapangan pekerjaan di tanah air tergolong masih sangat sempit sehingga harus dikelola dengan baik.
"Untuk permasalahan lapangan kerja yang sempit itu bisa membuat kesenjangan banyak rakyat," ungkapnya.
Tak hanya kesenjangan, mantan Kepala Bappenas ini juga menilai minimnya lapangan kerja bisa memicu munculnya konflik.
Kondisi yang terjadi saat ini, ujar Sumarlin, terasa menyedihkan baginya. Selama ini, pemerintah terus bekerja untuk mempertahankan eksistensi perekonomian negara. Namun kondisi itu terus berangsur berubah. "Itu yang harus dibenahi oleh pemerintah," tegas dia.
Seluruh pekerjaan rumah ini harus segera diselesaikan pemerintah dengan harapkan perekonomian Indonesia akan mampu dipertahankan bahkan meningkat lebih tinggi lagi. (Dis/Shd)
"Pertumbuhan ekonomi saat ini tergolong hebat, namun masih belum bisa memecahkan permasalahan lapangan kerja," ujar Sumarlin saat acara launching buku dan syukuran Ulang Tahunnya ke 80 di Jakarta, Sabtu (16/2/2013).
Sumarlin menjelaskan, kehebatan perekonomian ini dimulai ketika Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi di tahun 1998. Bahkan kinerja positif ekonomi Indonesia masih terus berlanjut hingga saat ini.
Meski pertumbuhan ekonomi terbilang tinggi, JB Sumarlin menilai pemerintah tak bisa lepas dari jerat permasalahan lapangan kerja. Hingga kini lapangan pekerjaan di tanah air tergolong masih sangat sempit sehingga harus dikelola dengan baik.
"Untuk permasalahan lapangan kerja yang sempit itu bisa membuat kesenjangan banyak rakyat," ungkapnya.
Tak hanya kesenjangan, mantan Kepala Bappenas ini juga menilai minimnya lapangan kerja bisa memicu munculnya konflik.
Kondisi yang terjadi saat ini, ujar Sumarlin, terasa menyedihkan baginya. Selama ini, pemerintah terus bekerja untuk mempertahankan eksistensi perekonomian negara. Namun kondisi itu terus berangsur berubah. "Itu yang harus dibenahi oleh pemerintah," tegas dia.
Seluruh pekerjaan rumah ini harus segera diselesaikan pemerintah dengan harapkan perekonomian Indonesia akan mampu dipertahankan bahkan meningkat lebih tinggi lagi. (Dis/Shd)
- Sumber: YAHOO! News
Krisis Tenaga Kerja Indonesia (Agustus 2013)
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Februari 2013 terdapat 121,2 juta angkatan kerja sementara pada periode yang sama hanya 114 juta penduduk saja yang bekerja. Hal ini menunjukkan, kurang dari enam bulan yang lalu terdapat kurang lebih 7,2 juta pengangguran terbuka atau mencapai 5,92 persen. Dari jumlah tersebut, kira-kira 400 ribunya adalah lulusan sarjana. Ironis bukan?
Padahal hingga saat ini, masih ada pos-pos di berbagai perusahaan yang masih membutuhkan tenaga kerja. Logikanya, jika banyak orang yang mencari pekerjaan, tentunya mereka bisa mengisi pos-pos tersebut. Dimana letak masalahnya?
“Kualitas tenaga kerja di Indonesia –baik dari sisi pendidikan maupun kompetensinya-- relatif masih rendah. Jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh jenjang pendidikan SD ke bawah 47,9 persen. Selain itu, ada tuntutan untuk memiliki standarisasi keterampilan tertentu di tempat kerja,” ujar DR Endang Sulistyaningsih, Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), menjawab hal ini.
Menurut Endang, tidak ada kepastian jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi para tenaga kerja, karena ketersediaan lapangan kerja tergantung dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dan para pelaku di dunia usaha.
Kurangnya tenaga kerja di Indonesia bukan juga disebabkan karena banyak orang yang memilih bekerja ke luar negeri. Pada dasarnya banyak alasan mengapa seseorang memutuskan bekerja ke luar negeri, antara lain ingin melanjutkan studi, memperoleh gaji yang jauh lebih tinggi, mencari pengalaman dan sebagainya. Dengan demikian, pilihan bekerja ke luar negeri bukan solusi satu-satunya untuk menangani masalah pengangguran di dalam negeri.
Endang menyebut setidaknya 3 penyebab tingginya angka pengangguran di dalam negeri dan banyaknya perusahaan yang justru memilih tenaga kerja asing antara lain:
1. Iklim investasi di Indonesia belum kondusif sehingga mengurangi kesempatan investor asing untuk mengembangkan bisnis mereka di sini. Padahal dengan banyaknya tenaga kerja, Indonesia seharusnya menjadi incaran industri-industri besar.
2. Kualitas angkatan kerja Indonesia masih rendah karena kurangnya keterampilan. Hingga kini, pengangguran tertinggi masih berasal dari lulusan SD, SMP dan SMA.
3. Selain jumlah penduduk yang terus meningkat, penyebarannya pun tidak merata –masih terkonsentrasi di daerah perkotaan dan Pulau Jawa. Namun urbanisasi tidak bisa dibendung karena memang pembangunan pun terpusat di sana.
- Sumber: Majalah PESONA
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Facebook: Johanes Budi Walujo
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Email: johanesbudiwalujo@gmail.com
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan