Dulu semasa kuliah di Jogja, saya sering mendaki
gunung. Gunung-gunung di sekitaran Jawa Tengah, bahkan sudah beberapa kali saya
daki sampai ke puncaknya.
Dari pendakian-pendakian tersebut, saya belajar banyak
hal tentang:
·
Bagaimana mencintai alam,
·
Tidak egois – harus saling menolong,
·
Fokus pada tujuan,
·
Persiapan diri dan perencanaan yang
matang, dan
·
Sabar – rendah hati serta mental dan
sikap pantang menyerah…
Gunung yang sangat besar menyampaikan pesan bahwa diri
kita sangatlah kecil, dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam semesta
yang begitu luas dan indah.
Hutan belantara yang mencekam disepanjang jalur
pendakian, mengajarkan kita agar mampu mengendalikan ego dan keangkuhan, bahwa
kita harus bersahabat dengan alam.
Puncak gunung yang tinggi memberikan pelajaran yang
sangat berharga, bagaimana caranya kita berusaha dengan gigih dan semangat pantang
menyerah untuk terus naik sampai ke tujuan.
TIDAK EGOIS
– MAU SALING MENOLONG
Ketika kita sedang mendaki gunung, setiap orang harus
saling menjaga, tolong menolong, dan satu sama lain harus saling memotivasi
agar semua bisa sampai ke puncak.
Bagi Anda yang pernah mendaki gunung, ketika ada kawan
yang mengeluh penat, maka kita harus berhenti menunggu sampai dia mampu
berjalan lagi. Jika ada teman yang merasa haus, kita harus spontan mengambil
air yang disimpan di saku carrier – tas gunung.
FOKUS PADA
TUJUAN
Seorang pendaki gunung harus cermat memperkirakan
berapa jam perjalanan akan ditempuh untuk tiba di puncak, agar bisa melihat indahnya
matahari terbit muncul dari ufuk timur.
Seberapa berat carriernya dan apa saja yang harus
dibawa. Semuanya dengan mengedepankan tujuan utama, yaitu untuk sampai ke puncak
dan kembali dengan selamat.
PERSIAPAN DIRI
YANG MATANG
Pendaki tidak akan membawa sesuatu yang tidak penting,
yang akan menghambat pendakiannya. Dalam pendakian gunung kita wajib
memperhatikan peralatan pendakian gunung yang lengkap dan tepat guna.
Yang utama adalah persiapan fisik sehingga tubuh bugar
dan kuat untuk mendaki, membawa makanan dan minuman secukupnya, serta
perlengkapan wajib yang diperlukan, seperti: carrier-tas gunung, jaket gunung,
sepatu gunung, kompas, senter, jam tangan, jas hujan/ponco, kupluk, masker,
sarung tangan, peralatan masak, sleeping bag, aksesoris pakaian dan pakaian
pengganti serta P3K.
SABAR –
RENDAH HATI
Pada saat mendaki, ada saja teman yang bersikap
menyebalkan, banyak mengeluh, perlengkapannya yang tertinggal, melakukan
kesalahan dan lain sebagainya.
Namun, kita tetap harus menanggapinya dengan santai agar
bisa sampai ke puncak dan kembali dengan selamat. Tidak mudah memang, namun hal
itu mutlak harus dilakukan.
Kadang ada teman yang egois dan emosional, padahal
fisiknya lemah. Tapi, sekalipun kita lebih kuat, harus tetap sabar dan rendah
hati. Karena seburuk apapun sikapnya, dia adalah kawan seperjalanan kita.
BETAPA INDAHNYA
CIPTAAN TUHAN
Gunung Merapi bisa meletus kapan saja, harimau dan
hewan buas sejenisnya bisa saja tak sengaja jalan-jalan dan nongkrong di jalur
pendakian kita.
Namun, pendaki gunung dengan keyakinan yang bulat dan
niat yang kuat tetap melangkah untuk menyapa alam, dan menikmati betapa indahnnya
alam semesta ciptaan TUHAN…
“Puncak
gunung kehidupan hanya bisa dicapai oleh mereka yang mau belajar dari alam,
tidak egois – mau saling menolong, fokus pada tujuan, persiapan diri yang
matang, sabar – rendah hati, dan mensyukuri betapa indahnya dunia ini…”
(Johanes Budi Walujo)
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Facebook: Johanes Budi Walujo
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Email: johanesbudiwalujo@gmail.com
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan