Ketika diterapkan pada urusan-urusan duniawi, pepatah “Melihat ialah
mempercayai” menjadi benar adanya. Sewaktu “melihat” seseorang menyelesaikan
sesuatu, Anda pun “percaya” kepada kemampuan orang itu. Apabila sebuah produk
sesuai dengan yang dijanjikan, maka Anda yakin bahwa produk itu bermutu baik. Takala
melihat sebuah “formula” menghasilkan hasil yang positif, Anda pun
mempercayainya.
Bukti merupakan hal esensial yang menyebabkan seseorang bisa mempercayai
sesuatu. Ini menuntun kita pada pepatah lain, “Aku akan mempercayainya kalau
aku melihatnya”. Bukti terpapar jelas, terang benderang.
Namun dalam soal-soal spiritual, yang berlalu justru sebaliknya. “Mempercayai
ialah melihat”. Apabila Anda mempercayai lebih dulu, Anda akan melihat bahwa
sesuatu yang Anda percayai itu mewujud di hadapan Anda. Pernyataan tersebut
adalah penyaksian dari kekuatan mempercayai yang menakjubkan. Ini membawa kita
pada pepatah lainya lagi, “Aku akan melihatnya kalau aku mempercayainya”.
Namun ada orang-orang tertentu yang enggan mempercayai sesuatu begitu
saja.
Itulah mengapa banyak orang yang ketika mengucapkan afirmasi, misalnya,
tidak bisa mendapatkan resep rahasia yang dibutuhkan untuk mewujudkan impian
mereka.
Apabila Anda pernah mengalami gejolak batin saat pertama kali membaca
atau mengucapkan sebuah afirmasi positif, maka ini menunjukkan bahwa Anda tidak
benar-benar mempercayai apa yang Anda katakan.
Sebagai contoh, bagaimana Anda dapat mempercayai afirmasi ini
sepenuhnya, “tubuh, akal, dan jiwa saya benar-benar sehat”, ketika penampilan
luar menunjukkan sebaliknya? Salah satu bagian penting dari tindakan
mempercayai ialah merasakan “seolah-olah itu sudah terjadi”. Saya telah
menemukan bahwa salah satu cara membangkitkan perasaan tersebut ialah dengan
mengekspresikan rasa syukur setelah menyatakan sebuah afirmasi.
Cukup mengucapkan “terima kasih” selepas Anda mengucapkan afirmasi, ini
memperkuat kepercayaan bahwa Tuhan akan membantu mewujudkan impian Anda. Anda
mungkin tidak akan melihat bagaimana keinginan itu terwujud secara penuh pada
saat ini, namun menyampaikan ucapan terima kasih akan membantu Anda mempercayai
bahwa apa yang Anda minta telah diwujudkan. Setelah itu, Anda mempunyai harapan
bahwa apa yang Anda inginkan pada akhirnya akan terwujud.
Apabila ada suatu “rumus” untuk mewujudkan keinginan, maka inilah dia. Manuskrip-manuskrip
spiritual kuno, termasuk Injil, menegaskan bahwa keyakinan merupakan hal
esensial dalam menentukan apa yang Anda minta. Keyakinan juga akan memberi
peringatan terhadap kemenduaan pikiran.
Ketahuilah dengan tanpa ragu bahwa apa yang Anda afirmasikan sudah
menjadi milik Anda. “Kalau Anda percaya, semua hal ini mungkin terjadi bagi
mereka yang mempercayainya”. Jadi, percayalah bahwa sesuatu akan terwujud
hanya dengan mengucapkan “terima kasih” atau mengasumsikan rasa syukur sehabis
menegaskan keinginan. Saya pernah mendengar kutipan indah dari seorang
pengarang anonim yang menyatakan, “Kita dapat memulai dari siapakah diri kita dan apa yang kita miliki saat ini, mengungkapkan rasa terima kasih, kemudian
membiarkan dia bekerja dengan keajaibannya”.
Ucapkan terima kasih, hingga Anda mewujudkannya. Jika Anda
mengucapkannya cukup lama, Anda akan mempercayainya. Hari ini, pancarkan cahaya
terima kasih akan memancar di seluruh kehidupan saya.
(Sumber: “Why Gratitude is the Key to Getting Anything You Want”, Jeff
Staniforth)Baca: BELAJAR SELALU BERSYUKUR
Salam Sejahtera & Sukses Selalu!
Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Facebook: Johanes Budi Walujo
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Email: johanesbudiwalujo@gmail.com
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan