Sabtu, 17 Januari 2015

CARA BERPIKIR ORANG KAYA vs ORANG MISKIN




Orang kaya memiliki cara berpikir yang berbeda dari orang miskin dan kelas menengah. Mereka memikirkan uang, kekayaan, diri mereka sendiri, orang lain, dan kehidupan dengan cara yang berbeda. Mari kita pelajari enam perbedaan penting di antara cara pikir orang kaya serta orang miskin dan kelas menengah.
Dengan begitu, kita akan punya banyak alternatif. Dan dengan cara ini Anda dapat mengoreksi cara berpikir Anda dan dengan cepat mengubahnya menjadi cara berpikir orang kaya. Ingat, keyakinan tidaklah menentukan benar, salah, asli, atau palsu; keyakinan hanyalah opini masa lalu yang bisa diubah. Anda dapat MEMILIH cara berpikir yang bisa mendukung Anda atau cara berpikir yang tidak mendukung Anda.

    1)  Orang Kaya Percaya “Aku menciptakan hidupku sendiri”. Orang Miskin Percaya “Hidup sudah digariskan”.
Apabila Anda ingin menciptakan kekayaan, penting untuk diyakini bahwa Andalah pemegang kemudi kehidupan Anda sendiri; Andalah yang menciptakan setiap peluang dalam kehidupan Anda, terutama kehidupan finansial. Apabila Anda tidak mempercayai hal ini, pastilah Anda yakin bahwa Anda hanya mempunyai sedikit daya dalam mengendalikan arah hidup. Itu sebabnya, dapat dipastikan Anda tidak akan bisa berhasil secara finansial. Hal semacam itu bukanlah sikap yang benar. Orang-orang miskin lebih senang memainkan peran sebagai korban, bukan selalu pemegang tanggung jawab atas apa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Dengan sudut pandang sebagai “korban” semacam itu, maka yang muncul ialah ungkapan “malangnya diriku”. Dan, sim salabim, kemalangan ini pun berimbas pada kondisi keuangan mereka.
Ada beberapa hal yang saya jamin dapat mengubah kehidupan Anda. Sepanjang tujuh hari ke depan, saya tantang Anda agar tidak mengeluhkan apapun. Bukan hanya di bibir, melainkan juga di dalam hati dan benak Anda. Saya telah mengajukan tantangan ini kepada ribuan orang dan beberapa ratus di antaranya mengatakan bahwa latihan ini berhasil mengubah kehidupan mereka. Saya jamin, Anda akan terkejut melihat perubahan hidup Anda ketika tidak fokus lagi pada “keluhan”.
Sekarang waktu untuk memutuskan. Silakan memilih menjadi korban ATAU menjadi kaya, atau Anda tidak memilih keduanya. Inilah saat untuk beroleh kembali kekuatan dan mengetahui fakta bahwa Andalah pencipta setiap peluang dalam hidup Anda. Bahwa Anda menciptakan segala sesuatu dalam kehidupan Anda dan segala sesuatu yang tak ada dalam kehidupan Anda. Bahwa Andalah yang menciptakan kekayaan Anda. Bahwa Andalah yang membuat diri Anda miskin.

    2)  Orang Kaya Bermain untuk Beroleh Kemenangan. Orang Miskin Bermain agar Tidak Kalah.
Orang miskin bermain dengan cara bertahan tidak menyerang. Saya bertanya. Kalau Anda memainkan suatu permainan atau olahraga dan sepenuhnya bertahan, apakah Anda berkesempatan untuk memenangi permainan itu? Banyak orang bilang: kecil sekali dan tidak. Tepat! Seperti itulah banyak orang memainkan uang mereka. Tujuan utama mereka adalah bertahan dan aman, bukan kaya dan berlimpah. Maka, apa tujuan Anda? Apa tujuan Anda sebenarnya? Apa tujuan hakiki Anda?
Tujuan terbesar orang-orang kaya ialah meraup kekayaan yang besar dan berlimpah. Tujuan terbesar orang-orang miskin ialah memiliki “uang yang cukup untuk membayar bermacam tagihan…” Sekali lagi, perkenankan saya mengingatkan tentang pentingnya kekuatan tekad. Ketika tujuan Anda ialah memiliki cukup uang untuk membayar bermacam tagihan, sebesar itulah yang akan Anda dapatkan; hanya cukup untuk membayar tagihan.
Anda mendapatkan apa yang Anda tekadkan. Kalau ingin kaya, Anda bertekad untuk menjadi “kaya”. Bukan sekedar membayar bermacam tagihan dan bukan semata-mata menciptakan kenyamanan. Namun kaya, perhatikan, menjadi kaya!

    3)  Orang Kaya Berusaha Menjadi Kaya. Orang Miskin Tidak Berusaha Menjadi Kaya.
Sebagian dari kita memiliki alasan yang bagus seperti betapa menariknya menjadi kaya, namun bagaimana tentang sisi lain dari koin? Apakah alasan menjadi kaya adalah hal yang sangat besar atau mendorong proses untuk beroleh kekayaan? Masing-masing dari kita memiliki ingatan-ingatan tentang kekayaan di dalam otak kita. Memori ini berisi keyakinan pribadi kita yang di dalamnya terdapat pertanyaan mengapa menjadi kaya adalah hal yang luar biasa. Namun, bagi sebagian besar orang, ingatan mereka juga berisi informasi seperti mengapa menjadi kaya bukanlah hal yang luar baisa. Orang-orang ini mencampurkan pesan-pesan internal tentang uang dan kekayaan.
Salah satu bagian berkata, “Punya banyak uang menjadikan kehidupan lebih menyenangkan”. Namun bagian yang lain lantas berseru, “Ya, tapi aku harus bekerja seperti kuda! Kegembiraan macam apa itu?” salah satu bagian lagi berkata, “Aku akan bisa berkeliling dunia”. Satu bagian yang lain menanggapi, “Ya, dan semua orang di dunia ini mengharapkan sesuatu dariku”. Pesan-pesan yang bercampur baur ini adalah hal utama yang menjadikan seseorang tidak bisa beroleh kekayaan.
Faktanya, hal utama yang menyebabkan banyak orang tidak sanggup mewujudkan keinginan ialah karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka inginkan. Orang kaya bener-benar tahu bahwa mereka menginginkan kekayaan. Mereka tak pernah meragukan keinginan ini. Mereka benar-benar seirus dalam menciptakan kekayaan. Mereka akan menempuh “beragam cara” untuk mendapatkan kekayaan sepanjang tidak bertentangan dengan moral, hukum, dan etika. Orang kaya tak akan mengirimkan pesan-pesan bertentangan kepada alam semesta, sedangkan orang miskin melakukannya.
Saya tidak mau menyampaikan berita ini kepada Anda, tetapi menjadi kaya bukanlah seperti “jalan-jalan di taman”. Ini memerlukan fokus, keterampilan, 100% usaha, dan ketekunan yang “pantang menyerah”. Anda harus benar-benar memiliki keteguhan hati, baik secara sadar maupun tidak. Anda harus meyakini bahwa Anda sanggup melakukannya dan layak mendapatkannya. Jika tidak berkomitmen penuh untuk menciptakan kekayaan, Anda tidak akan pernah mendapatkannya.

    4)  Orang Kaya memikirkan Hal Besar. Orang Miskin Memikirkan Hal Kecil.
Pernah ada seorang mentor di salah satu seminar yang memiliki penghasilan bersih sebesar 250 ribu dolar sampai lebih dari 600 juta dolar hanya dalam waktu tiga tahun. Ketika kami tanya apa resepnya, dia menjawab, “Segalanya berubah saat suatu hari saya memikirkan hal-hal besar”. Dalam buku Speed Wealth, dibahas tentang “Hukum Pendapatan” yang menyatakan bahwa “Anda akan dibayar dengan proporsi yang tepat dengan nilai yang Anda berikan kepada pasar”. Cara lain untuk memahami hal ini ialah menjawab pertanyaan berikut: seberapa banyak orang yang benar-benar menggunakan atau terpengaruh?
Siapakah Anda? Bagaimana Anda hendak menjalani kehidupan? Bagaimana Anda ingin bermain? Apakah Anda hendak bermain dalam persaingan besar atau kecil, dalam kompetisi besar atau kecil? Akankah Anda memainkan peran besar atau kecil? Semua ini berada di tangan Anda.
Namun perhatikan. Ini bukan tentang Anda. Ini tentang bagaimana menuntaskan misi Anda. Ini tentang bagaimana menjalani kehidupan sesuai dengan tujuan hidup. Ini seperti menambahkan sebuah bagian dari diri Anda ke dalam dunia. Ini tentang melayani orang lain. Sebagian besar dari kita terjebak dalam ego dan merasa bahwa segala sesuatu berkeliling dan mengelilingi “diriku, diriku, dan diriku”. Tetapi, sekali lagi, ini bukan tentang Anda, ini tentang menambahkan nilai pada orang lain. Ini pilihan. Satu jalan menuju kesengsaraan dan kesedihan. Satu jalan lain menuju uang, makna, dan pemenuhan diri.
Inilah waktu untuk berhenti menyembunyikan diri dari memulai. Inilah waktu untuk berhenti menuntut dan mulai memimpin. Inilah waktu untuk mulai menjadi bintang. Inilah waktu untuk membagikan hadiah dan nilai Anda dengan cara yang BESAR.
Mungkin ada ribuan bahkan jutaan orang yang akan mengawasi Anda. Apakah Anda akan mampu mengatasi tantangan? Mari berharap demikian.

    5)  Orang Kaya Lebih Besar dari Persoalan Mereka. Orang Miskin Lebih Kecil dari Persoalan Mereka.
Menjadi kaya tidak mudah seperti berjalan-jalan di taman. Ini adalah perjalanan yang penuh dengan rintangan, tikungan, dan labirin. Sederhananya, keberhasilan merupakan hal yang rumit. Jalan untuk sampai di sana penuh jebakan dan itulah yang menyebabkan banyak orang tak pernah melaluinya. Mereka hendak bertikai, sakit kepala, dan bertanggungjawab. Ringkasnya, mereka tidak ingin menghadapi persoalan.
Di situlah letak perbedaan terbesar antara orang kaya dan orang miskin. Orang kaya dan sukses selalu lebih besar dari persoalan mereka, sedangkan orang miskin dan gagal selalu lebih kecil ketimbang persoalan mereka.
Orang miskin akan senantiasa menghindari segala sesuatu yang tampak seperti masalah. Mereka menghindari tantangan. Ironisnya, ketika menghindari persoalan inilah mereka justru dihantam persoalan besar: mereka miskin dan menderita. Rahasia menuju keberhasilan ialah tidak menghindari atau menarik diri dari persoalan; persoalan justru akan menumbuhkan diri Anda sehingga Anda lebih besar dari persoalan apapun.
Bayangkanlah ada seseorang dengan karakter “berlevel 2” hendak mengatasi masalah “level 5”. Akankah persoalan ini lebih besar atau kecil? Jawabanya: dari sudut pandang orang “berlevel 2”, persoalan “berlevel 5” akan tampak BESAR.
Sekarang bayangkan seseorang dengan karakter “berlevel 8” dan menghadapi persolan “level 5”. Dari sudut pandang orang ini, bagaimana persoalan itu terlihat? Tentu saja, persoalan itu kini terlihat sebagai persoalan KECIL.
Dan bagi orang dengan karakter “level 10”, persoalan “level 5” bukanlah persoalan yang perlu dirisaukan. Hal itu hanya dianggap sebagai peristiwa biasa, layaknya berpakaian atau menyikat gigi.
Apakah Anda orang kaya atau miskin, bermain besar atau kecil, yang jelas Anda tidak dapat menghindar dari masalah. Sepanjang masih bernapas, Anda akan selalu menemui apa yang disebut sebagai “persoalan”. Yang penting ialah menyadari bahwa ukuran dari persoalan bukanlah hal penting. Yang penting adalah ukuran diri Anda! Topik utamanya ialah cara menumbuhkan diri Anda, menempatkan bermacam masalah yang menghadang sewaktu berupaya menjadi kaya.
Orang kaya tidak akan menghindari masalah, tidak mundur dari persoalan, dan tidak mengeluh karena persoalan. Orang kaya adalah prajurit finansial, dan ketika seorang prajurit berhadapan dengan tantangan, mereka berseru: BAWA KEMARI!

    6)  Orang Kaya Berfokus pada Peluang. Orang Miskin Berfokus pada Masalah.
Orang kaya melihat pertumbuhan peluang. Orang miskin melihat hilangnya peluang.
Orang kaya berfokus pada hasil. Orang miskin berfokus pada resiko.
Ada pertanyaan klasik, apakah gelas ini setengah penuh atau setengah kosong? Di sini tidak hanya berbicara soal “berpikir positif”, kita berbicara soal kebiasaan dalam memandang dunia. Kemiskinan bersumber dari ketakutan. Pikiran orang miskin terus memindai apa yang salah atau hal-hal yang berpotensi salah. Pandangan utama mereka ialah “bagaimana seandainya kalau tidak berjalan dengan baik?” atau malah “bagaimana kalau tidak berjalan?”. Orang kaya, seperti yang kita ulas sebelumnya, mengambil tanggung jawab untuk menciptakan kehidupan mereka dan berasal dari pandangan “hal itu akan bekerja dengan baik karena aku akan membuatnya berhasil”.
Di dunia finansial, sebagaimana pada banyak bidang lain, resiko setara dengan ganjaran; secara umum, kian tinggi hasil, kian tinggi resikonya. Orang bermental kaya cenderung berani mengambil resiko.
Orang kaya mengharapkan keberhasilan. Mereka sangat percaya pada kemampuan mereka, percaya pada kreativitas mereka, dan percaya bahwa mereka akan senantiasa mampu mendapatkan kembali uang mereka atau berhasil dengan cara lain.
Di sisi lain, orang miskin justru mengharapkan kegagalan. Mereka kurang mempercayai diri dan kemampuan mereka sendiri, dan cenderung berpikir tentang kegagalan, yakin bahwa kegagalan adalah bencana. Anda harus melakukan sesuatu, membeli sesuatu, atau memulai sesuatu agar bisa berhasil secara finansial. Anda harus melihat pelaung keuntungan di sekeliling, bukan malah fokus pada cara-cara kehilangan uang.
(Sumber: “Six Ways of Thinking Rich”, T. Harv Eker)

Baca: AMBIL KEPUTUSAN UNTUK MENCOBA LAGI





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan