Seorang profesor di undang untuk bericara di sebuah basis militer. Di sana ia bertemu seorang prajurit yang tak akan pernah dilupakannya, bernama Harry.
Harry yang dikirim untuk menjemput professor di bandara.
Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor.
Ketika berjalan ke luar, Harry sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya.
Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh. Kemudian mengangkut anak
kecil agar dapat melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dan
menunjukkan arah jalan yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi professor
dengan senyum menghiasi wajahnya.
“Darimana Anda belajar hal-hal seperti itu?”, tanya
sang professor.
“Oh”, kata Harry. “Selama perang, saya kira”.
“Oh”, kata Harry. “Selama perang, saya kira”.
Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya dari Vietnam. Juga saat tugasnya membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu persatu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.
“Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap
langkah”, katanya. “Saya tak pernah tahu apakah
langkah selanjutnya merupakan pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk
melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan
memijakan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan dunia baru, dan saya
kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini”.
Kelimpahan hidup tidak dapat ditentukan dengan berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.
Baca: SELANGKAH LEBIH JAUH
Salam Sejahtera & Sukses Selalu!
Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Facebook: Johanes Budi Walujo
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Email: johanesbudiwalujo@gmail.com
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan